CeritaDewasa Terbaru Hidup di villa mertua bersama istri yang sedang mengandung dan mertua yang menjanda memang terkadang akan menimbulkan masalah. apalagi bila ibu mertua berani menggoda menantunya untuk menemani kesepiannya Aku tidak tahan lagi ingin menceritakan semua ini. Aku punya masalah yang sangat jarang terjadi. Aku sudah lama terjerat kasus ini dan selalu berusaha lepas tetapi

Cerita Dewasa - sebagai bu RT yang mendampingi Pak RT, walau umur sudah cukup matang penampilan tetap harus enak dilihat. Usia Bu Haritono sebenarnya tidak muda lagi bisa disebut ibu setengah baya. Mungkin menjelang 40 tahun. Sebab suaminya, Pak Hariiono yang menjabat Ketua RT di kampungku sebentar lagi memasuki masa pensiun. Aku mengetahui itu karena hubunganku dgn keluarga Pak Hariiono cukup dekat. Maklum sebagai tenaga muda aku sering diminta Pak Hariiono untuk membantu berbagai urusan yang berkaitan dgn kegiatan RT. Namun berbeda dgn suaminya yang sering sakit-sakitan, sosok istrinya wanita beranak yang kini menetap di luar Jawa mengikuti tugas sang suami itu, jauh berkebalikan. Kendati usianya hampir memasuki kepala empat, Bu Hari begitu biasanya aku dan warga lain memanggil sebagai wanita belum kehilangan daya tariknya. Memang beberapa kerutan mulai nampak di wajahnya. Tetapi buah dadanya, pinggul dan pantatnya, sungguh masih mengundang pesona. Aku dapat mengatakan ini karena belakangan terlibat perselingkuhan panjang dgn wanita berpostur tinggi besar tersebut.. Kisahnya berawal ketika Pak Hariiono mendadak menderita sakit cukup serius. Ia masuk rumah sakit dalam keadaan koma dan bahkan berhari-hari harus berada di ruang ICU Intensive Care Unit sebuah RS pemerintah di kotaku. Karena ia tidak memiliki anggota keluarga yang lain sementara putri satu-satunya berada di luar Jawa, aku diminta Bu Hari untuk membantu menemaninya selama suaminya berada di RS menjalani perawatan. Dan aku tidak bisa menolak karena memang masih menganggur setamat SMA setahun lalu. “Kami bapak-bapak di lingkungan RT meminta Mas Rhidhoo mau membantu sepenuhnya keluarga Pak Hariiono yang sedang tertimpa musibah. Khususnya untuk membantu dan menemani Bu Hari selama di rumah sakit. Mau kan Mas Rhidhoo,?” Begitu kata beberapa anggota arisan bapak-bapak kepadaku saat menengok ke rumah sakit. Bahkan Pak Nandang, seorang warga yang dikenal dermawan secara diam-diam menyelipkan uang Rp 100 ribu di kantong celanaku yang katanya untuk membeli rokok agar tidak menyusahkan Bu Hari. Dan aku tidak bisa menolak karena memang Bu Hari sendiri telah memintaku untuk menemaninya. Hari-hari pertama mendampingi Bu Hari merawat suaminya di RS aku dibuat sibuk. Harus mondar-mandir menebus obat atau membeli berbagai keperluan lain yang dibutuhkan. bahkan kulihat wanita itu tak sempat mandi dan sangat kelelahan. Mungkin karena tegang suaminya tak kunjung siuman dari kondisi komanya. Menurut dokter yang memeriksa, kondisi Pak Hariiono yang memburuk diduga akibat penyakit radang lambung akut yang diderita. Maka akibat komplikasi dgn penyakit diabetis yang diidapnya cukup lama, daya tahan tubuhnya menjadi melemah. Menyadari penyakit yang diderita tersebut, yang kata dokter proses penyembuhannya dapat memakan waktu cukup lama, berkali-kali aku meminta Bu Hari untuk bersabar. “Sudahlah bu, ibu pulang dulu untuk mandi atau beristirahat. Sudah dua hari saya lihat ibu tidak sempat mandi. Biar saya yang di sini menunggui Pak Hari,” kataku menenangkan. Saranku rupanya mengena dan diterima. Maka siang itu, ketika serombongan temannya dari tempatnya mengajar di sebuah SLTP membesuk oh ya Bu Hari berprofesi sebagai guru sedang Pak Hari karyawan sebuah instansi pemerintah ia meminta para pembesuk untuk menunggui suaminya. “Saya mau pulang dulu sebentar untuk mandi diantar Nak Rhidhoo. Sudah dua hari saya tidak sempat mandi,” katanya kepada rekan-rekannya. dgn sepeda motor milik Pak Hari yang sengaja dibawa untuk memudahkan aku kemana-mana saat diminta tolong oleh keluarga itu, aku pulang memboncengkan Bu Hari. Tetapi di perjalanan dadaku sempat berdesir. Gara-gara mengerem mendadak motor yang kukendarai karena nyaris menabrak becak, tubuh wanita yang kubonceng tertolak ke depan. Akibatnya di samping pahaku tercengkeram tangan Bu Hari yang terkaget akibat kejadian tak terduga itu, punggungku terasa tertumbuk benda empuk. Tertumbuk buah dadanya yang ku yakini ukurannya cukup besar. Ah, pikiran nakalku jadi mulai liar. Sambil berkonsentrasi dgn sepeda motor yang kukendarai, pikiranku berkelana dan mengkira-kira membayangkan seberapa besar buah dada milik wanita yang memboncengku. Pikiran kotor yang semestinya tidak boleh timbul mengingat suaminya adalah seorang yang kuhormati sebagai Ketua RT di kampungku. Pikiran nyeleneh itu muncul, mungkin karena aku memang sudah tidak perjaka lagi. Aku pernah berhubungan seks dgn seorang WTS kendati hanya satu kali. Hal itu dilakukan dgn beberapa teman SMA saat usai pengumuman hasil Ebtanas. Setelah mengantar Bu Hari ke rumahnya yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahku, aku pamit pulang mengambil sarung dan baju untuk ganti. “Jangan lama-lama nak Rhidhoo, ibu cuma sebentar kok mandinya. Lagian kasihan teman-teman ibu yang menunggu di rumah sakit,” katanya. Dan sesuai yang dipesannya, aku segera kembali ke rumah Pak Hari setelah mengambil sarung dan baju. Langsung masuk ke ruang dalam rumah Pak Hari. Ternyata, di meja makan telah tersedia segelas kopi panas dan beberapa potong kue di piring kecil. Dan mengetahui aku yang datang, terdengar suara Bu Hari menyuruhku untuk menikmati hidangan yang disediakan. “Maaf Nak Rhidhoo, ibu masih mandi. Sebentar lagi selesai,” suaranya terdengar dari kamar mandi di bagian belakang. Tidak terlalu lama menunggu, Ia keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke kamarnya lewat di dekat ruang makan tempatku minum kopi dan makan kue. Saat itu ia hanya melilitkan handuk yang berukuran tidak terlalu besar untuk menutupi tubuhnya yang basah. Tak urung, kendati sepintas, aku sempat disuguhi pemandangan yang mendebarkan. Betapa tidak, karena handuk mandinya tak cukup besar dan lebar, maka tidak cukup sempurna untuk dapat menutupi ketelanjangan tubuhnya. Ah,.. benar seperti dugaanku, buah dada Bu Hari memang berukuran besar. Bahkan terlihat nyaris memberontak keluar dari handuk yang melilitnya. Bu Hari nampaknya mengikat sekuatnya belitan handuk yang dikenakannya tepat di bagian dadanya. Sementara di bagian bawah, karena handuk hanya mampu menutup persis di bawah pangkal paha, kaki panjang wanita itu sampai ke pangkalnya sempat menarik tatap mataku. Bahkan ketika ia hendak masuk ke kamarnya, dari bagian belakang terlihat mengintip buah pantatnya. Pantat besar itu bergoyang-goyang dan sangat mengundang saat ia melangkah. Dan yang tak kalah syur, ia tidak mengenakan celana dalam. Bicara ukuran buah dadanya, mungkin untuk membungkusnya diperlukan Bra ukuran 38 atau lebih. Sebagai wanita yang telah berumur, pinggangnya memang tidak seramping gadis remaja. Tetapi pinggulnya yang membesar sampai ke pantatnya terlihat membentuk lekukan menawan dan sedap dipandang. Apalagi kaki belalang dgn paha putih mulus miliknya itu, sungguh masih menyimpan magnit. Maka degup jantungku menjadi kian kencang terpacu melihat bagian-bagian indah milik Bu Hari. Sayang cuma sekilas, begitu aku membatin. Tetapi ternyata tidak. Kesempatan kembali terulang. Belum hilang debaran dadaku, ia kembali keluar dari kamar dan masih belum mengganti handuknya dgn pakaian. Tanpa mempedulikan aku yang tengah duduk terbengong, ia berjalan mendekati almari di dekat tempatku duduk. Di sana ia mengambil beberapa barang yang diperlukan. Bahkan beberapa kali ia harus membungkukkan badan karena sulitnya barang yang dicari seperti ia sengaja melakukan hal ini. Tak urung, kembali aku disuguhi tontonan yang tak kalah mendebarkan. Dalam jarak yang cukup dekat, saat ia membungkuk, terlihat jelas mulusnya sepasang paha Bu Hari sampai ke pangkalnya. Paha yang sempurna, putih mulus dan tampak masih kencang. Dan ketika ia membungkuk cukup lama, pantat besarnya jadi sasaran tatap mataku. Kemaluannya juga terlihat sedikit mengintip dari celah pangkal pahanya. Perasaanku menjadi tidak karuan dan badanku terasa panas dingin dibuatnya. Apakah Bu Hari menganggap aku masih pemuda ingusan? Hingga ia tidak merasa canggung berpakaian seronok di hadapanku? Atau ia menganggap dirinya sudah terlalu tua hingga mengira bagian-bagian tubuhnya tidak lagi mengundang gairah seorang laki-laki apalagi laki-laki muda sepertiku? Atau malah ia sengaja memamerkannya agar gairahku terpancing? Pertanyaan-pertanyaan itu serasa berkecamuk dalam hatiku. Bahkan terus berlanjut ketika kami kembali berboncengan menuju rumah sakit. Dan yang pasti, sejak saat itu perhatianku kepada Bu Hari berubah total. Aku menjadi sering mencuri-curi pandang untuk dapat menatapi bagian-bagian tubuhnya yang kuanggap masih aduhai. Apalagi setelah mandi dan berganti pakaian, kulihat ia mengenakan celana dan kaos lengan panjang ketat yang seperti hendak mencetak tubuhnya. Gairahku jadi kian terbakar kendati tetap kupendam dalam-dalam. Dan perubahan yang lain, aku sering mengajaknya berbincang tentang apa saja di samping selalu sigap mengerjakan setiap ia membutuhkan bantuan. Hingga hubungan kami semakin akrab dari waktu ke waktu. Sampai suatu malam, memasuki hari kelima kami berada di rumah sakit, saat itu hujan terus mengguyur sejak sore hari. Maka orang-orang yang menunggui pasien yang dirawat di ruang ICU, sejak sore telah mengkapling-kapling teras luar bangunan ICU. Maklum, di malam hari penunggu tidak boleh memasuki bagian dalam ruang ICU. Dan pasien biasanya memanfaatkan teras yang ada untuk tiduran atau duduk mengobrol. Dan malam itu, karena guyuran hujan, lahan untuk tidur jadi menyempit karena pada beberapa bagian tempias oleh air hujan. Sementara aku dan Bu Hari yang baru mencari kapling setelah makan malam di kantin, menjadi tidak kebagian tempat. Setelah mencari cukup lama, akhirnya aku mengusulkan untuk menggelar tikar dan karpet di dekat bangunan kamar mayat. Aku mengusulkan itu karena jaraknya masih cukup dekat dgn ruang ICU dan itu satu-satunya tempat yang memungkinkan untuk berteduh kendati cukup gelap karena tidak ada penerangan di sana. Awalnya Bu Hari menolak, karena posisinya di dekat kamar mayat. Namun akhirnya ia menyerah setelah mengetahui tidak ada tempat yang lain dan aku menyatakan siap berjaga sepanjang malam. “Janji ya Rhid setelah cukup akrab Bu Hari tidak mengembel-embeli sebutan Nak di depan nama panggilanku, kamu harus bangunkan ibu kalau mau kencing atau beli rokok. Soalnya ibu takut ditinggal sendirian,” katanya. “Wah, persediaan rokokku lebih dari cukup kok bu. Jadi tidak perlu kemana-mana lagi,” jawabku. Nyaman juga ternyata menempati kapling dekat kamar mayat. Bisa terbebas dari lalu-lalang orang hingga bisa beristirahat cukup tenang. Dan kendati gelap tanpa penerangan, bisa terbebas dari cipratan air hujan karena tempat kami menggelar tikar dan karpet terlindung oleh tembok setinggi sekitar setengah meter. Sambil tiduran agak merapat karena sempitnya ruang yang ada, Bu Hari mengajakku ngobrol tentang banyak hal. Dari soal kerinduannya pada Dewi, anaknya yang hanya bisa pulang setahun sekali saat lebaran sampai ke soal penyakit yang diderita Pak Hariiono. Menurut Bu Hari penyakit diabetis itu diderita suaminya sejak delapan tahun lalu. Dan karena penyakit itulah penyakit radang lambung yang datang belakangan menjadi sulit disembuhkan. “Katanya penyakit diabetes bisa menjadikan laki-laki jadi impotensi ya Bu?” “Kata siapa, Rhid?” “Eh,.. anu, kata artikel di sebuah koran,” jawabku agak tergagap. Aku merasa tidak enak berkomentar seperti itu terhadap penyakit yang diderita suami Bu Hari. “Rupanya kamu gemar membaca ya. Benar kok itu, makanya penyakit kencing manis di samping menyiksa suami yang mengidapnya juga berpengaruh pada istrinya. Untung ibu sudah tua,” ujarnya lirih. Cerita Dewasa - Merasa tidak enak topik perbincangan itu dapat membangkitkan kesedihan Bu Hari, akhirnya aku memilih diam. Dan aku yang tadinya tiduran dalam posisi telentang, setelah rokok yang kuhisap kubuang, mengubah posisi tidur memunggungi wanita itu. Sebab kendati sangat senang bersentuhan tubuh dgn wanita itu, aku tidak mau dianggap kurang ajar. Sebab aku tidak tahu secara pasti jalan pikiran Bu Hari yang sebenarnya. Tetapi baru saja aku mengubah posisi tidur, tangan Bu Hari terasa mencolek pinggangku. “Tidurmu jangan memunggungi begitu. Menghadap ke sini, ibu takut,” katanya lirih. Aku kembali ke posisi semula, tidur telentang. Namun karena posisi tidur Bu Hari kelewat merapat, maka saat berbalik posisi tanpa sengaja lenganku menyenggol buah dada wanita itu. Memang belum menyentuh secara langsung karena ia mengenakan daster dan selimut yang menutupi tubuhnya. Malangnya, Bu Hari bukannya menjauh atau merenggangkan tubuh, tetapi malah semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Seperti anak kecil yang ketakutan saat tidur dan mencari perasaan aman pada ibunya. Akhirnya, dgn keberanian yang kupaksakan – karena ku yakin saat itu Bu Hari belum pulas tertidur – aku mulai mencoba-coba. Seperti yang dimauinya, aku mengubah kembali posisi tidur miring menghadapinya. Jadilah sebagian besar tubuhku merapat ketat ke tubuhnya hingga terasa kehangatan mulai menjalari tubuhku. Sampai di situ aku berbuat seolah-olah telah mulai lelap tertidur sambil menunggu reaksinya. Reaksinya, Bu Hari terbangkit dan menarik selimut yang dikenakannya. Selimut besar dan tebal itu ditariknya untuk dibentangkan sekaligus menutupi tubuhku. Jadilah tubuh kami makin berhimpitan di bawah satu selimut. Akhirnya, ketika aku nekad meremas telapak tangannya dan ia membalas dgn remasan lembut, aku jadi mulai berani beraksi lebih jauh. Kumulai dgn menjalari pahanya dari luar daster yang dikenakannya dgn telapak tanganku. Ia menggelinjang, tetapi tidak menolakkan tanganku yang mulai nakal itu. Malah posisi kakinya mulai direnggangkan yang memudahkanku menarik ke atas bagian bawah dasternya. Baru ketika usapan tanganku mulai menjelajah langsung pada kedua pahanya, kuketahui secara pasti ia tidak menolaknya. Tanganku malah dibimbingnya untuk menyentuh kemaluannya yang masih tertutup celana dalam. Seperti keinginanku dan juga keinginannya, telapak tanganku mulai menyentuh dan mengusap bagian membusung yang ada di selangkangan wanita itu. Ia mendesah lirih saat usapan tanganku cukup lama bermain di sana. Juga saat tanganku yang lain mulai meremasi buah dadanya dari bagian luar Bra dan dasternya. Sampai akhirnya, ketika tanganku yang beroperasi di bagian bawah telah berhasil menyelinap ke bagian samping celana dalam dan berhasil mencolek-colek celah kemaluannya yang banyak ditumbuhi rambut, dia dgn suka rela memereteli sendiri kancing bagian depan dasternya. Lalu seperti wanita yang hendak menyusui bayinya, dikeluarkannya payudaranya dari Bra yang membungkusnya. Layaknya bayi yang tengah kelaparan mulutku segera menyerbu puting susu sebelah kiri milik Bu Hari. Kujilat-jilat dan kukulum pentilnya yang terasa mencuat dan mengeras di mulutku. Bahkan karena gemas, sesekali kubenamkan wajahku ke kedua payudara wanita itu. Payudara berukuran besar dan agak mengendur namun masih menyisakan kehangatan. Sementara Ia sendiri, sambil terus mendesis dan melenguh nikmat oleh segala gerakan yang kulakukan, mulai asyik dgn mainannya. Setelah berhasil menyelinap ke balik celana pendek yang kukenakan, tangannya mulai meremas dan meremas penisku yang memang telah mengeras. Kata teman-temanku, senjataku tergolong long size, hingga Ia nampak keasyikkan dgn temuannya itu. Tetapi ketika aku hendak menarik celana dalamnya, tubuhnya terasa menyentak dan kedua pahanya dirapatkan mencoba menghalangi maksudku. “Mau apa Rhid,.. jangan di sini ah nanti ketahuan orang,” katanya lirih. “Ah, tidak apa-apa gelap kok. Orang-orang juga sudah pada tidur dan tidak bakalan kedengaran karena hujannya makin besar.” Hujan saat itu memang semakin karena mempercayai omonganku. Atau karena nafsunya yang juga sudah memuncak terbukti dgn semakin membanjirnya cairan di lubang kemaluannya, ia mau saja ketika celananya kutarik ke bawah. Bahkan ia menarik celana dalamnya ketika aku kesulitan melakukannya. Ia juga membantu membuka dan menarik celana pendek dan celana dalam yang kukenakan. Akhirnya, dgn hanya menyingkap daster yang dikenakannya aku mulai menindih tubuhnya yang berposisi mengangkang. Karena dilakukan di dalam gelap dan tetap dibalik selimut tebal yang kupakai bersama untuk menutupi tubuh, awalnya cukup sulit untuk mengarahkan penisku ke lubang kenikmatannya. Namun berkat bimbingan tangan lembutnya, ujung penisku mulai menemukan wilayah yang telah membasah. Slep.. penis besarku berhasil menerobos dgn mudah liang sanggamanya. Aku mulai menggoyang dan memaju-mundurkan senjataku dgn menaik-turunkan pantatku. Basah dan hangat terasa setiap penisku membenam di vaginanya. Sementara sambil terus meremasi kedua buah dadanya secara bergantian, sesekali bibirnya kulumat. Maka ia pun melenguh tertahan, melenguh dan mengerang tertahan. Ah, dugaanku memang tidak meleset tubuhnya memang masih menjanjikan kehangatan. Kehangatan yang prima khas dimiliki wanita berpengalaman. Dihujam bertubi-tubi oleh ketegangan penisku di bagian kewanitannya, Ia mulai mengimbangi aksiku. Pantat besar besarnya mulai digerakkan memutar mengikuti gerakan naik turun tubuhku di bagian bawah. Memutar dan terus memutar dgn gerak dan goyang pinggul yang terarah. Hal itu menjadikan penisku yang terbenam di dalam vaginanya serasa diremas. Remasan nikmat yang melambungkan jauh anganku entah kemana. Bahkan sesekali otot-otot yang ada di dalam vaginanya seolah menjepit dan mengejang. “Ah,.. ah.. enak sekali. Terus, ah.. ah,” “Aku juga enak Rhid, uh.. uh.. uh. Sudah lama sekali tidak merasakan seperti ini. Apalagi punyamu keras dan penjang. Auh,.. ah.. ah,” Sampai akhirnya, aku menjadi tidak tahan oleh goyangan dan remasan vaginanya yang kian membanjir. Nafsuku kian naik ke ubun-ubun dan seolah mau meledak. Gerakan bagian bawah tubuhku kian kencang mencolok dan mengocok vaginanya dgn penisku. “Aku tidak tahan, ah.. ah.. Sepertinya mau keluar, shh, ah, .. ah,” “Aku juga Rhid, terus goyang, ya .. ya,.. ah,” Setelah mengelojot dan memuntahkan segala yang tak dapat kubendungnya, aku akhirnya ambruk di atas tubuh wanita itu. Maniku cukup banyak menyembur di dalam lubang kenikmatannya. Begitupun Ia, setelah kontraksi otot-otot yang sangat kencang, ia meluapkan ekspresi puncaknya dgn mendekap erat bahkan kurasakan punggungku sempat tercakar oleh kuku-kukunya. Cukup lama kami terdiam setelah pertarungan panjang yang melelahkan. “Semestinya kita tidak boleh melakukan itu ya Rhid. Apalagi bapak lagi sakit dan tengah dirawat,” kata Ia sambil masih tiduran di dekatku. Aku mengira ia menyesal dgn peristiwa yang baru terjadi itu. “Ya Maaf Bu,.. soalnya tadi,..” “Tetapi tidak apa-apa kok. Saya juga sudah lama ingin menikmati yang seperti itu. Soalnya sejak 5 tahun lebih Pak Hari terkena diabetis, ia menjadi sangat jarang memenuhi kewajibannya. Bahkan sudah dua tahun ini kelelakiannya sudah tidak berfungsi lagi. Cuma, kalau suatu saat ingin melakukannya lagi, kita harus hati-hati. Jangan sampai ada yang tahu dan menimbulkan aib diantara kita,” ujarnya lirih. Plong, betapa lega hatiku saat itu. Ia tidak marah dan menyesal dgn yang baru saja terjadi. Dan yang membuatku senang, aku dapat melampiaskan hasrat terpendamku kepadanya. Kendati aku merasa belum puas karena semuanya dilakukan di kegelapan hingga keinginanku melihat ketelanjangan tubuhnya belum kesampaian. Dan seperti yang dipesankannya, aku berusaha mencoba bersikap sewajar mungkin saat berada diantara orang-orang. Seolah tidak pernah terjadi sesuatu yang luar biasa diantara kami. Kendati aku sering harus menekan keinginan yang menggelegak akibat darah mudaku yang gampang panas saat berdekatan dgnnya. Dan sejak itu lokasi teras di belakang kamar mayat menjadi saksi sekitar tiga kali hubungan sumbang kami. Hubungan sumbang yang terpaksa kuhentikan seiring kedatangan Bu Haritini, adik Pak Hariiono yang bermaksud menengok kondisi sakit kakaknya. Hanya terus terang, sejak kehadirannya ada perasaan kurang senang pada diriku. Sebab sejak Ia ada yang menemani merawat suaminya di rumah sakit, kendati aku tetap diminta untuk membantu mereka dan selalu berada di rumah sakit, aku tidak lagi dapat menyalurkan hasrat seksualku. Hanya sesekali kami pernah nekad menyalurkannya di kamar mandi ketika hasrat yang ada tak dapat ditahan. Itu pun secara kucing-kucingan dgn Bu Rina dan segalanya dilaksanakan secara tergesa-gesa hingga tetap tidak memuaskan kami berdua. Sampai suatu ketika, saat Pak Hari telah siuman dan perawatannya telah dialihkan ke bangsal perawatan yang terpisah, Bu Rina menyarankan kepada Ia untuk tidur di rumah. “Kamu sudah beberapa hari kurang tidur Mbak, kelihatannya sangat kelelahan. Coba kamu kalau malam tidur barang satu dua hari di rumah hingga istirahat yang cukup dan tidak jatuh sakit. Nanti kalau kedua-duanya sakit malah merepotkan. Biar yang nunggu Mas Har kalau malam aku saja ditemani Dik Rhidhoo kalau mau” ujarnya. Ia setuju dgn saran adik iparnya. Ia memutuskan untuk tidur di rumah malam itu. Maka hatiku bersorak karena terbuka peluang untuk menyetubuhinya di rumah. Tetapi bagaimana caranya pamit pada Bu Rina? Kalau aku ikut-ikutan pulang untuk tidur di rumah apa tidak mengundang kecurigaan? Aku jadi berpikir keras untuk menemukan jalan keluar. Dan baru merasa plong setelah muncul selintas gagasan di benakku. Sekitar pukul malam, lewat telepon umum kutelepon rumahnya. Wanita itu masih terjaga dan menurut pengakuannya tengah menonton televisi. Maka nekad saja kusampaikan niatku kepadanya. Dan ternyata ia memberi sambutan cukup baik. “Kamu nanti memberi tanda kalau sudah ada di dekat kamar ibu ya. Nanti pintu belakang ibu bukakan. Dan sepeda motornya di tinggal saja di rumah sakit biar tidak kedengaran tetangga. Kamu bisa naik becak untuk pulang,” katanya berpesan lewat telepon. Untuk tidak mengundang kecurigaan, sekitar pukul aku masuk ke bangsal tempat Pak Hari dirawat menemani Bu Rina. Namun setengah jam sesudahnya, aku pamit keluar untuk nongkrong bersama para Satpam rumah sakit seperti yang biasa kulakukan setelah kedatangan Bu Rina. Di depan rumah sakit aku langsung meminta seorang abang becak mengantarku ke kampungku yang berjarak tak lebih dari satu kilometer. Segalanya berjalan sesuai rencana. Setelah kuketuk tiga kali pintu kamarnya, kudengar suara Ia berdehem. Dan dari pintu belakang rumah yang dibukakannya secara pelan-pelan aku langsung menyelinap masuk menuju ruang tengah rumah tersebut. Rupanya, bertemu di tempat terang membuat kami sama-sama kikuk. Sebab selama ini kami selalu berhubungan di tempat gelap di teras kamar mayat. Maka aku hanya berdiri mematung, sedang Ia duduk sambil melihat televisi yang masih dinyalakannya. Cukup lama kami tidak saling bicara sampai akhirnya Ia menarik tanganku untuk duduk di sofa di sampingnya. Setelah keberanianku mulai bangkit, aku mulai berani menatapi wanita yang duduk di sampingku. Ia ternyata telah siap tempur. Terbukti dari daster tipis menerawang yang dikenakannya, kulihat ia tidak mengenakan Bra di baliknya. Maka kulihat jelas payudaranya yang membusung. Hanya, ketika tanganku mulai bergerilya menyelusuri pangkal paha dan meremasi buah dadanya ia menolak halus. “Jangan di sini Rhid, kita ke kamar saja biar leluasa,” katanya lirih. Ketika kami telah sama-sama naik ke atas ranjang besar di kamar yang biasa digunakan oleh suami dan dia, aku langsung menerkamnya. Semula Ia memintaku mematikan dulu saklar lampu yang ada di kamar itu, tetapi aku menolaknya. “Saya ingin melihat semua milikmu,” kataku. “Tetapi aku malu Rhid. Soalnya aku sudah tua,.” Persetan dgn usia, dimataku, Ia masih menyimpan magnit yang mampu menggelegakkan darah mudaku. Sesaat aku terpaku ketika wanita itu telah melolosi dasternya. Dua buah gunung kembarnya yang membusung nampak telah menggantung. Tetapi tidak kehilangan daya pikatnya. Buah dada yang putih mulus dan berukuran cukup besar itu diujungnya terlihat kedua pentilnya yang berwarna kecoklatan. Indah dan sangat menantang untuk diremas. Maka setelah aku melolosi sendiri seluruh pakaian yang kukenakan, langsung kutubruk wanita yang telah tiduran dalam posisi menelentang. Kedua payudaranya kujadikan sasaran remasan kedua tanganku. Kukulum, kujilat dan kukenyot secara bergantian susu-susunya yang besar menantang. Kesempatan melihat dari dekat keindahan buah dadanya membuat aku seolah kesetanan. Dan Ia, wanita berhidung bangir dgn rambut sepundak itu menggelepar. Tangannya meremas-remas rambut kepalaku mencoba menahan nikmat atas perbuatan yang tengah kulakukan. Dari kedua gunung kembarnya, setelah beberapa saat bermain di sana, dgn terus menjulurkan lidah dan menjilat seluruh tubuhnya kuturunkan perhatianku ke bagian perut dan di bawah pusarnya. Hingga ketika lidahku terhalang oleh celana dalam yang masih dikenakannya, aku langsung memelorotkannya. Ah, vaginanya juga tak kalah indah dgn buah dadanya. Kemaluan yang besar membusung dan banyak ditumbuhi rambut hitam lebat itu, ketika kakinya dikuakkan tampak bagian dalamnya yang memerah. Bibir vaginanya memang nampak kecoklatan yang sekaligus menandakan bahwa sebelumnya telah sering diterobos kemaluan suaminya. Tetapi bibir kemaluan itu belum begitu menggelambir. Dan kelentitnya, yang ada di ujung atas, uh,.. mencuat menantang sebesar biji jagung. Tak tahan cuma memelototi lubang kenikmatan wanita itu, mulailah mulutku yang bicara. Awalnya mencoba membaui dgn hidungku. Ah, ada bau yang meruap asing di hidungku. Segar dan membuatku tambah terangsang. Dan ketika lidahku mulai kumainkan dgn menjilat-jilat pelan di seputar bibir vaginanya besar itu, Ia tampak gelisah dan menggoyang-goyang kegelian. “Ih,.. jangan diciumi dijilat begitu Rhid. Malu ah, tapi, ah..ah.. ah,” Tetapi ia malah menggoyangkan bagian bawah tubuhnya saat mulutku mencerucupi liang nikmatnya. Goyangannya kian kencang dan terus mengencang. Sampai akhirnya diremasnya kepalaku ditekannya kuat-kuat ke bagian tengah selangkangnya saat kelentitnya kujilat dan kugigit kecil. Rupanya ia telah mendapatkan orgasme hingga tubuhnya terasa mengejang dan pinggulnya menyentak ke atas. “Seumur hidup baru kali ini vaginaku dijilat-jilat begitu Rhid, jadinya cepat kalah. Sekarang gantian deh Aku mainkan punyamu,” ujarnya setelah sebentar mengatur nafasnya yang memburu. Aku dimintanya telentang, sedang kepala dia berada di bagian bawah tubuhku. Sesaat, mulai kurasakan kepala penisku dijilat lidah basah milik wanita itu. Bahkan ia mencerucupi sedikit air maniku yang telah keluar akibat nafsu yang kubendung. Terasa ada sensasi tersendiri oleh permainan lidahnya itu dan aku menggelinjang oleh permainan wanita itu. Namun sebagai anak muda, aku merasa kurang puas dgn hanya bersikap pasif. Terlebih aku juga ingin meremas pantat besarnya yang montok dan seksi. Hingga aku menarik tubuh bagian bawahnya untuk ditempatkan di atas kepalaku. Pola persetubuhan yang kata orang disebut sebagai permainan 69. Kembali vaginanya yang berada tepat di atas wajahku langsung menjadi sasaran gerilya mulutku. Sementara pantat besarnya kuremas-remas dgn gemas. Tidak hanya itu jilatan lidahku tidak berhenti hanya bermain di seputar kemaluannya. Tetapi terus ke atas dan sampai ke lubang duburnya. Rupanya ia telah membersihkannya dgn sabun baik di kemaluannya maupun di anusnya. Maka tak sedikit pun meruap bau kotoran di sana dan membuatku kian bernafsu untuk menjilat dan mencoloknya dgn ujung lidahku. Tindakan nekadku rupanya membuat nafsunya kembali naik ke ubun-ubun. Maka setelah ia memaksaku menghentikan permainan 69, ia langsung mengubah posisi dgn telentang mengangkang. Dan aku tahu pasti wanita itu telah menagih untuk disetubuhi. Ia mulai mengerang ketika batang besar dan panjang milikku mulai menerobos gua kenikmatannya yang basah. Hanya karena kami sama-sama telah memuncak nafsu syahwatnya, tak lebih dari 10 menit saling genjot dan menggoyang dilakukan, kami telah sama-sama terkapar. Ambruk di kasur empuk ranjang kenikmatannya. Ranjang yang semestinya tabu untuk kutiduri bersama wanita itu. Malam itu, aku dan dia melakukan persetubuhan lebih dari tiga kali. Termasuk di kamar mandi yang dilakukan sambil berdiri. Dan ketika aku memintanya kembali yang keempat kali, ia menolaknya halus. “Tubuh ibu cape sekali Rhid, mungkin sudah terlalu tua hingga tidak dapat mengimbangi orang muda sepertimu. Dan lagi ini sudah mulai pagi, kamu harus kembali ke rumah sakit agar Bu Rina tidak curiga,” katanya. Aku sempat mencium dan meremas pantatnya saat Ia hendak menutup pintu belakang rumah mengantarku keluar. Ah,.. indah dan nikmat rasanya. Usia Pak Hari ternyata tidak cukup panjang. Selama sebulan lebih dirawat di rumah sakit, ia akhirnya meninggal setelah sebelumnya sempat dibawa RS yang lebih besar di Semarang. Di Semarang, aku pun ikut menunggui bersamanya serta Bu Rina selama seminggu. Juga ada Mbak Dina dan suaminya yang menyempatkan diri untuk menengok. Hingga hubunganku dgn keluarga itu menjadi kian akrab. Namun, hubungan sumbangku dgnnya terus berlanjut hingga kini. Bahkan kami pernah nekad bersetubuh di belakang rumah keluarga itu, karena kami sama-sama horny sementara di ruang tengah banyak sanak famili dari keluarganya yang menginap. Entah kapan aku akan menghentikannya, mungkin setelah gairahnya telah benar-benar padam. Sekian cerita tante kali ini.

GW: hmm mantep bgt busini dong gantian aku yang jilatin Memek nya. Bu Anis : emmhhh,,69 aja yuk. aku masih enak nyepong burung km bon. gagah soalnya. gw langsung ambil posisi dan langsung gw jilat Memek harum punya bu Anis,gw jilat habis sampe itilnya ga luput dari jilatan dan sedotan gw.
CERITA DEWASA SUNGGUH PUAS DENGAN ISTRI PAK RT Story Mas88 – Perkenalkan namaku Beni, aku merupakan anak tunggal di keluargaku. Usiaku 17 tahun. Aku murid disalah satu sekolah swasta di kotaku. Ayahku seorang pengusaha yang super sibuk, dia sering pergi keluar kota untuk waktu yang tak menentu. Sedangkan ibu sering ikut menemani ayahku. Aku tinggal di perumahan kelas menengah. Persis di sebelah rumahku adalah rumah ketua RT, orang yang cukup terpandang disana. Pak Joko namanya. Umurnya sekitar 55 tahun, perawankan tinggi dan gagah. Pak RT mempunyai seorang istri namanya Bu Ambar wanita keturunan Jawa aku kalau manggil tante Ambar. Kulitnya hitam tapi mempunyai wajah yang manis, meskipun usianya sudah kepala empat. Tubuhnya langsing dan terlihat seksi. Mungkin karena dia sering fitness. Bu Ambar senang berpakaian seksi yang memperlihatkan setiap lekukan dalam tubuhnya, yang membuat setiap lelaki yang melihatnya jadi terangsang. Bu Ambar orangnya supel dan mudah bergaul. Dia sering mengobrol dengan pemuda sekampung, termasuk aku. Kejadian ini bermula ketika kedua orang tuaku pergi Surabaya karena ada tugas dari kantor untuk waktu satu minggu. Aku tinggal sendirian di rumah, sedangkan pembantuku baru cuti pulang kampung karena ada salah satu keluarganya yang menikah. Siang itu aku duduk di depan TV, untuk menghilangkan kebosananku aku memutar DVD porno yang baru kupinjam dari temanku. Di film tersebut terlihat cewek japan sedang dientot oleh pemuda yang gagah dan tampan. Si cewek sedang mengulum kontol dari pemuda tersebut. Terlihat pemuda itu sangat menikmati kuluman dari si cewek. Melihat adegan tersebut membuatku jadi terangsang. Kuelus-elus sendiri batang kontolku dari luar celana kolor yang kupakai. Saat itu aku memang sengaja tak memakai CD. Kumerasakan kontolku makin lama makin mengeras. Lalu kuturunkan celana kolorku, kukocok perlahan batang kontolku. Saat itu nafsuku sudah sangat memuncak, tapi aku tidak tahu harus kemana melampiaskannya. Karena saking asyiknya aku tak tahu kalau ada seseorang yang masuk ke rumahku dan mengejutkanku dengan bertanya padaku, “Kamu ngapain Ben?” Suara seorang perempuan mengejutkanku. Setelah aku menoleh ternyata Bu Ambar sudah berdiri di ruang tamu. Saat itu Bu Ambar memakai pakaian seksi. Dia menggunakan tanktop dan rok mini. Matanya melihat ke bagian bawahku. Saking terkejutnya aku sampai lupa untuk menaikan kembali celana kolorku yang tadi sempat kuturunkan sedikit, sehingga dia bisa melihat dengan jelas batang kontolku yang berdiri tegak. “Ma..maaf tante…” jawabku gugup. “Hahahaa…santai aja Ben, gakpapa kog lagian kamu kan sudah gede” jawab tante Ambar santai. “Ben, kontolmu gede juga ya…udah pernah masuk ke memek belum?” tanyanya nakal. “Belum sih tante” jawabku malu. “Gimana kalau di masukin ke memek tante, mau gak? Kayaknya enak tuh tante jadi kepingin ngerasain kontolmu” katanya menggodaku. Kemudian tante Ambar menutup pintu depan dan menuncinya dari dalam. Dia lalu berjalan mendekatiku berdiri di depanku. “Yang bener tante? Tapi aku belum pernah jadi belum pengalaman?” jawabku. “Jangan khawatiur nanti tante ajarin” katanya sambil mengelus kontolku. Baru kali ini aku merasakn kontolku dipegang oleh seorang wanita. Tanpa berlama-lama tante lantas mendorongku ke sofa, dia lalu naik diatas pangkuanku. Dibukanya tanktopnya terlihat toket montok di depan mataku yang masih tertutup oleh BH berwarna merah. Kemudian tante mengeluarkan isi dalam BHnya. Wow begitu montok sekali toket tante. Kulihat putting yang mengeras. Tante pun lantas menyodorkan putingnya tepat dimulutku dan berkata, “Jilat nih putting tante, hari ini putting tante seutuhnya jadi milikmu, so lakukan sesukamu” Tanpe menunggu perintah lagi, aku lantas menyepong kedua putting tante Ambar secara bergantian, kujilat, kusedot dan sesekali kugigit pelan. Tante Ambar mendesah nikmat sambil menggoyang-goyangkan toketnya. Beberapa menit kemudian tante Ambar berdiri dan melepas rok mini dan CDnya. Maka terlihatlah gundukan bukit yang ditumbuhi rumput tipis-tipis sangat indah dicukur rapi dan bersih. Dia lalu berlutut dilantai, dihadapanku. Wajahnya didekatkan keselangkanganku. Ditariknya celana pendekku. Bibirnya mendekati kepala kontolku, dan mulai menjilati kepala kontolku, terus kepangkalnya. “Aaagghh….oohhh…enak tanteee…aahhhh…” aku mengerang ketika dia mulai mengulum kontolku. Hampir seluruh batang kontolku masuk kemulutnya yang sexy. Kontolku keluar masuk dimulutnya. Nikmat sekali. Tak ketinggalan, buah pelirkupun diseruputnya. Puas mengulum kontolku, kemudian Tante Ambar berdiri dihadapanku. Memeknya berada pas di wajahku. Dia menarik kepalaku, mendekatkannya pada memeknya. Aku mengerti maksudnya, dia ingin memeknya kujilati. Kujulurkan lidahku. Aku mulai dengan menjilati pangkal pahanya, terus mendekati bibir memeknya. “SSttthhh…aaahhhh…oohhhh…” dia mendesah-desah ketika aku memasukkan lidahku ke lubang memeknya. Kusedot-sedot, kugigit-gigit kelentitnya. Dijepitnya kepalaku. Hampir seluruh isi memeknya kujilati, memeknya basah. “Ooohhh…aku dah gak tahan Ben, ayo kita masukin aja sekarang…” pintanya. Dia menurunkan tubuhnya perlahan-lahan ke pangkuanku. Diraihnya kontolku, diarahkannya tepat ke lubang memeknya. Dia mulai memasukkan kontolku sedikit demi sedikit. Semakin lama semakin dalam. Sudah setengah batang kontolku masuk. Sampai disini dia berhenti sejenak mengatur posisi. Kakinya berlutut di sofa. Kusodokkan kontolku. Dia menjerit ketika kontolku amblas seluruhnya di lubang memeknya. Dia mulai menggenjot pantatnya di pangkuanku. Kontolku serasa dijepit dan dipijit-pijit ketika berada di dalam lubang memek yang sempit. “Enak kan Ben?” tanyanya sambil terus menggenjot pantatnya. “Enak banget tan…aahhh…” “Memek tante rasanya enak sekali…sudah lama pak RT tak memberiku kepuasan” katanya menggerutu. “Pak RT impoten ya tante…aaahh…” tanyaku sambil mendesah “Oooohhh iya sayaaaang….aahhh…” Kupeluk pinggangnya erat-erat. Bibirku menghisap-hisap putingnya. Kubantu gerakkannya dengan menyodok-nyodokan pantatku ke atas. Dia mengerang-erang merasakan nikmat. Matanya merem melek. Semakin lama semakin cepat dia menggerak-gerakkan pantatnya, sesekali pantatnya diputar-putar. Aku merasakan nikmat yang tiada tara. Kontolku serasa di pelintir oleh memeknya. Sudah sekitar 30 menit kami berpacu dalam kenikmatan. Nafas kami saling memburu. Peluh kami bercucuran. “Aduh Ben…aku sduah gak tahan lagi….mau keluaaarr…” jeritnya. Kurasakan memeknya berkedut-kedut dan menyedot batang kontolku. “Aku juga sudah gak tahan taaaann…aaahhhh…” sahutku ngos-ngosan. “Crotin di dalam aja sayang, aku ingin punya anak darimu” pintanya memelas sambil terus menggenjot. Dan akhirnya “Crooot…crooot…crooottt..” Aku menyemburkan seluruh spermaku ke dalam memeknya. “Nikmat kan Ben, kamu puas kan Ben?” tanyanya sambil memelukku. “Puas sekali tante….tante sendiri puas gak?” tanyaku balik. “Tante juga sangat puas, makasih ya?” jawabnya. Kami lalu beristirahat sejenak. Kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Siraman air membuat badanku segar kembali. Sementara tante Ambar langsung memakai pakaiannya kembali tanpa mandi terlebih dahulu karena takut pak RT dan tetangga curiga. Sebelum tante Ambar berpamitan dia menciumku dan berkata padaku “Lain kali kita ngentot lagi ya”. Tanpa menunggu jawaban dariku dia lalu pergi meninggalkan rumahku. Pengalam sex ku yang pertama kali ini tak akan pernah aku lupakan sepanjang waktu.
CeritaDewasa - Bu Lina Pemilik Toko Sebelah ♥. Cerita Dewasa - Bu Lina Pemilik Toko Sebelah - Masa-masa lulus SMU adalah yang paling menjengkelkan, tidak diterima di perguruan tinggi negeri, kuliah di swasta mahal, mau kerja sulit sekali, teman-teman pada hilang, ada yang kuliah, kerja bahkan kawin. Beruntung sekali hanya 3 bulan aku menganggur, aku disuruh untuk menjaga toko milik Saat kulihat Jam menunjukan pukul 0900 pagi, langsung aku berdiri dari tempat tidurku wahh telat bangun hari ini’ batinku dalam hati sudah terbayang bagaimana macetnya Jakarta pagii ini..dengan secepatkilat aku segera bergegas mandi dan langsung kuinjakan pedal gas menuju tol untuk segera sampai dikantor….. Ternyata nasib baik tidak berpihak padaku sudah hampir 2 jam aku terjebak macet seusai turun dari tol….Hpku terus berdering2 memanggilku untuk segera mengangkatnya…ohh shit ternyata Bosku sudah 5 kali miss called…terbayang mukannya yang slalu marah jika ada anak buahnya yang terlambat datang ke kantor…langsung kutepikan kendaraanku di tepi jalan sembari kubuat suaraku serak seperti orang yang sedang sakit…hallo bos mohon maaf Bos saya terkena diare semenjak semalam, mungkin salah makan pas gathering kantor minggu sore kmaren suara sengaja kubuat pelan mungkin..hehehehehe…..tak disangka ternyata Bosku juga mengalami hal yang sama..Beliau malah terlihat suarannya lebih lemas dariku, oh Pak andri juga mengalami diare sama seperti saya kata Beliau, Memang semenjak kemarin sore saya sudah curiga tentang rasa kerang dara rebus kok agak asam ternyata betul dugaan saya Kata Pak Anton Bosku….aku hanya meng-iyakan saya perkataan Beliau..Trus Bagaimana dengan meeting kita dengan Para Direksi? Sebentar lagi RUPS lho Pak Andri , kata Bosku…aduhh Bos Mohon maaf saya tidak bisa masuk hari ini Bos, tapi saya sudah buat slide presentasinnya Bos saya kirim via email saja yah…jika ada revisi dari Bapak saya kerjakan dirumah..besok Langsung Kick off-nya….hmmm begitu ya celoteh Bosku okelah kalau begitu sampai besok, cepat sembuh ya Pak Boss, batinku dalam hati senang hahahahahahaha Liburrr hari ini..wkwkwkwkwkwkwk…… Langsung kuputar balik arah kendaraanku pulang menuju rumah…kurogoh saku kantong langsung kunyalakan rokok sampoerna kegemaranku tapii yah tinggal sebatang harus beli lagi nih…tiba2 saat kulihat jendela kaca mobilku kumelihat ada seorang ibu-ibu menyebrang menuju swalayan ..sepertinya ibu itu takut2 untuk menyeberang hingga kuberhentikan mobilku sebentar,, aku sempat tertegun wajahnya lugu putih terlihat terawatt…waw ibu china ini sangat membuatku terangsang dia hanya memakai kaos putih ketat dan rok diatas lutut, masih terlihat sopan tapi gilaaa kakinya mulusss bangetttt putihhhh…penisku langsung juga ingin mencoba melihatnya..bhahahahahahahaha… .Aku langsung mengambil lajur kiri dan memacu mobilku secara perlahan-lahan dibelakang ibu itu..Kebetulan jalan ini sepi sehingga aku bisa asal-asalan berkendara.. ow ternyata ibu itu masuk ke swalayan yang Cuma beberapa meter dari mobilku..langsung aku mengikuti, kebetulan juga rokokku udah habis skalian beli dan skalian iseng coba godain tu ibu-ibu cantik..wkwkwkwk Sesampainya diswalayan aku ambil trolly barang…..lumayanlah skalian beli kebutuhan sehari-hari bulanan…lagian isi kulkasku udah menipis…..sambil aku mencari kentang gorang buat sarapan besok..aku melihat ibu itu sedang membawa sebuah keranjang matannya tampak binggung memilih-milih sesuatu barang kebutuhan sehari-hari…aku dengan semangat coba mendekatinya….pura-pura ingin membeli barang juga yang ada di rak samping ibu itu….Kutatap seluruh tubuhnya…kutaksir umur ibu itu skitar 47 tahun….tindak terlalu tinggi tapi langsing, payudaranya lumayan skitar 34 bhnya….rambut agak pirang coklat sebahu..tapiii yang bikin aku terangsang jari kakinya yang lentik jari kaki kanan yang tengah terdapat cincin kecil dikakinya , dan dipergelangan kaki kirinya terdapat gelang kaki…betisnya muluss banget ….hmmmmmmmmmmm sejenak aku tarik nafas..harum juga ibu ini…..keringat campur bau wangi parfum mahal sepertinnya….Tiba-tiba saja keranjang barang ibu itu terjatuh..ternyata handle/gagang keranjang tidak mampu Manahan beban isi barangnya…dan langsung menimpa kaki ibu itu….aduhhh jeritnyaaa….aku langsung bak seorang pahlawan membantunya berdiri dan bertanya ibu tidak apa-apa? Andri bantu ya BU….oh iya makasih ya Mas katannya….aku tuntun ia ke luar swalayan…dan aku pesankan minum untuknya..ibu ini terlihat masih kesakitan dan shock…Ibu tunggu disini dulu yah..andri mau membayar barang2 andri..oh iya ibu ada barang lain yang dicari selain yang di keranjang tadi?...hmmm gak ada Mas ibu itu hanya terdiam, itu saja belanjaan saya kata ibu itu, oh iya bisa skalian minta tolong bayarin dikasir barang-barang saya Mas ini duitnya..saya belum bisa jalan soalnya Mas…. Langsung aku jawab…ntar aja Bu andri bayar skalian..nanti khan tinggal di check Bonnya..oh gitu yah kata ibu itu makasih ya Mas…Buru-buru aku bayar semua barangku dan barang-barangnya aku satukan di trolly, tidak ketinggalan rokokku juga….setelah selesai membayar aku langsung duduk di meja foodcourt ibu itu..ini Bu barang-barangnya…brapa Mas belanjaan saya? Ah gausahlah Bu saya bayar pakai kartu kredit kok lagian sedang ada promo diskon untuk barang-barang ibu timpalku meyakinkan…berapa sih harga 1 lusin telor, mie instant dan beras kataku sambill bercanda andri baru dapet rejeki..hehehehe…aduh Mas saya jadi gak enak…serius ga masalah ko Bu kataku…ibu itu masih terlihat binggung..langsung saja kualihkan perhatiannya dengan menanyakan kakinya bagaimana bu sudah baikan? Sudah agak lumayan Mas..oh iya nama ibu siapa? Aku andri…saya sherly Mas………..ok …skarang ibu tinggal dekat sini kataku…iya Mass dekat sini….Mas saya mau pesan taxi saja karena saya rasa gak begitu kuat kalau naik Bis…hmmm jangan Bu sherly kebetulan saya tinggal di dekat rumah Bu sherly hanya beberapa blok saja dari rumah ibu..gayaku meyakinkan ….aduh jangan Mas andri saya tidak enak merepotkan…ditambah Masa Mas mau jalan dengan ibu-ibu tua seperti saya nanti apa kata orang yang melihat..hahahahahaha tawaku…lho gak apa2 BU sherly siapa yang bilang Bu sherly ibu tua..wong masih kayak anak umur 28 tahunan..hihihi…ibu itu terlihat mukannya memerah saat kukatakan seperti itu…udalah Bu sherly ayo andri anterin..sambil mendorong trolly bu sherly terlihat binggung dan berjalan tertatih-tatih dibelakangku.. Kumasukan semua barang2 belanjaanku dan belanjaan Bu sherly..sebelum itu kubukakan pintu untuknya….bak seorang lelaki gentlemen..setelah keluar dari swalayan aku mencoba mencairkan suasana karena dari tadi ibu itu hanya diam saja di mobilku..Bu sherly ko sendirian belanjannya..memang pembantunnya kemana? Tanyaku…Bu sherli menjawab saya sudah gak ada pembantu Mas semenjak 3 bulan yang lalu, anak saya 1 masih sekolah di luar negri….oh gitu Bu, lho memangnya kenapa ko bisa ga ada pembantu si? Sepertinnya Bu sherly juga tidak biasa keluar rumah, tadi saja saya lihat Bu sherly menyebrang jalan takut-takut / ragu..Bu sherly menatap saya terlihat matanya sayu dan sedih, iya Mas Andri saya sudah tidak bisa membayar pembantu karena saya saja sudah tidak ada uang lagi utnuk membayar mereka keuangan saya sangat sulit, suami saya sudah hampir 6 bulan tidak pernah pulang krumah….hah batinku dalam hati pasti Bu sherli sudah tidak pernah berhubunggan Badan niiii… Oh gitu Bu, memang Bu Sherly laki-laki memang begitu suka mau enaknya saja bla-bla-blaaa ocehku…,tiba-tiba saja Bu sherly melotot ke arahku dan berkata , anda jangan seenaknya saja menuduh suami saya main perempuan dan mata keranjang dia tidak begitu dia hilang entah dimana sekarang karena musuh bisnisnya..ada persaingan tidak sehat di dalam bisnis suamiku dan tiba tiba saja suamiku menghilang, dia sangat setia pada saya..langsung Bu sherli menaikan nada bicaranya, saya heran sama Mas andri mulai dari anda bicara bahwa saya menuju swalayan , menyebrang dengan takut2 anda tahu dan baik sama saya, apa dari tadi Mas Andri mengamati saya?? Atau Mas andri ada maksud lain sama saya??? Bagai disambar gledekk..aku langsung menelan ludah,, mencoba berfikir sejenak gilaaaa…pertanyaannya menyudutkan aku nih Bu sherli, bisa bisa ketahuan aku mau menikmati tubuhnya…tiba-tiba saja terlintas dalam benakku ,teringat saat aku menonton blue film tapi ada critannya tentang pemerkosaan ibu-ibu..wahhhh tiba-tiba munculah ide gila dariku…… Langsung kutatap mata ibu ini seperti serigala mau menerkam mangsanya…HMMMmm Bu sherly heran yah sama saya………..kenapa saya baik sama Bu sherly..sebelumnya saya minta maaf kalau perkataan saya salah tentang suami Bu sherly, tapi niat saya Baik Bu sherly saya mau memuaskan Bu sherly..sangat ingin Memuaskan Bu sherly…..apa Maksudmu kata Bu sherly..diam Bu sherly atau saya Bunuh ancamku…saya dari tadi memang secara tidak sengaja memperhatikan Bu sherly dari seberang jalan….saya awalnya hanya ingin kenalan dengan Bu sherli tapii setelah saya lihat saya benar-benar nafsu sama kamu sayang….Terlihat Bu sherly diam seribu bahasa dan langsung kaget ..bibirnya bergetar….sambil sesekali melihat jalan kupacu mobilku kea rah Tol kukunci mobil ini dan kujalankan dengan kecepatan 100…kudengar suarannya terisak-isak airmatannya menetes dipipi…..mau kamu apakan saya Andri , saya tidak punya uang saya juga sedang dalam keadaan susah, kamu tega membuat saya menderita, kalau kamu kasihan sama saya ..turunkan saya saja di pintu keluar tol..saya cari taxi..saya tidak akan menceritakan kejadian ini sama siapapun…kumohon andri..saya seorang ibu rumah tangga biasa..saya yakin kamu bisa mendapatkan wanita manapun dengan mudah..tolonglah saya katanya sambil menangis…. Saya langsung tertawa..hahahahaha…mencari wanita murahan / matre itu gampang Bu tapi mendapatkan ibu rumah tangga yang cantik,setia dan terawatt saya belum pernah…sudahlah Bu sherly diam saja saya tidak akan menyakiti ibu..saya hanya akan menikmati tubuh bu sherly dan saya yakin Bu sherly akan ketagihan nantinnya…Sebetulnya saya iba karena ibu ini menangis terus di dalam mobil…kulihat tubuhnya bergetar karena saking sedihnya…ibu ini sampai terbatuk-batuk susah bernafas…hati kecil aku berkata sudahlah andri kamu jahat banget lepasin saja ibu ini antarkan kerumahnya kasihan dia..,,tapi tiba tiba saja setan merah dipikiranku berkata..kalau kamu lepasin ibu ini lo bego banget andri, mending dari tadi gak usah kamu bawa..coba pakai logika berfikirnya kalau dilepasin ada beberapa kemungkinan yang membahayakan kamu..yaitu 1. Kamu lepasin dan ibu ini bisa melaporkan kejadian ini kepada pihak yang berwajib..bisa2 masuk bui kamu… 2. Kamu lepasin ibu ini ternyata suaminnya pulang dan mengadu pada suaminnya bisa-bisa dibunuh kamu ndri…3.. kalo ternyata ibu masih kerabat yang kamu belum kenal bisa mampus lo ndrii…hanya anda satu option andri tolol elo nikmatin ibu ini,,,bikin dia orgasme berkali kali dan pulangkan dia tapi ingat jangan disakiti…malah ada kemungkinan itu ibu nagih lagi….hmmmmmmm akhirnya setelah menimbang2 aku jatuh pada pilihan setan..urusan nanti bagaimana nanti..hehehehehehehehehehe. Kebetulan sudah sampai pas satpam kompleks rumahku, karena sistem rumahku claster jadi hanya membunyikan klakson 3 kali dan security sudah hapal mobilku langsung membuka portal…aku langsung melaju dan membunyikan klakson lagi tanda terimakasih telah dibukakan portal oleh security pos depan kompleks..tibalah pada saat yang mendebarkan..jujur aku deg2an gak karuan hatiku..campur sedih,terangsang dan binggung pada diriku yang bisa setega ini pada ibu2..tapi aku gak berfikir terlalu lama…aku masukan mobilku ke garasi, sebelumnya mobilku kukunci dari luar..tidak bisa dibuka karena aku sudah seting sentral locknya… Setelah sampai dirumahku kubawa ibu sherly keruang tamu menuju kamarku dia berjalan masih tertatih-tatih dan menangis pula..ku gendong dia masuk ke kamarku kunyalakan AC ku setel yang paling dingin …ku kunci dari luar…kutinggalkan bu sherli di dalam…aku duduk dulu di ruang makan menyalakan rokokku sebentar..membuat tehh melati hangat 2 untukku dan bu sherli..ku telfon pembantu bi asih agar tidak usah datang malam ini besok saja yah bi saya lagi pengen sendiri..iya mas kata bi asih..bi asih adalah pembantu turun temurun keluargaku, karena aku tinggal sendiri di rumah seluas ini aku minta pada keluargaku agar bi asih kerja denganku hanya pagi jam 9-11 siang dan sore jam 4-5 untuk membuatkanku makan malam… Aku kembali ke kamarku dan melihat bu sherly sudah agak tenangan tapi masih tersisa air matannya duhhhh Bu sherlyyy sexy banget..dia hanya melihat mataku dan bilang kurang ajar kamu andri……aku hanya tertawa saja…..kunyalakan tv kamarku kusetel film porno yang ,,aku keluar kamar lagi tidak lupa kukunci kamarnya…. Aku ke tempat cucian aku cari tali raffia dan handuk kecil…..kubiarkan selama 30 menit bu sherly mengigil dikamarku..hahahahahaha pasti acnya dingginn…ditambah menonton film porno dia….pasti hatinya kacau campur deg2an batinku…..setelah semua siap aku masuk ke kamarku…ternyata bu sherly duduk dipojok sudut kamar tidurku..kenapa bu sherly menonton tidak diranjangku kataku..kamu mau apa bangsattt kata bu sherly..andry mau kamu bu….kataku… bu sherly coba berontak langsung kupegang kedua tangannya..dan aku membentaknya silahkan teriak disini tidak ada yang mendengar ditambah kalau kamu tidak bisa bekerjasama dengan saya aku bunuh kamu..kasian anakmu diluar negeri pulang2 mamanya mati…mendengar kata2ku langsung ibu ini diam dan meneteskan airmata lagi…kujilat air matannya kucium bibirnya…setelah ku peluk tubuhnya mengigil..keringat dingin penuh disekujur tubuhnya..pas aku raba bagian sensitifnya ..celananya basahhh..whahahahahahaha…aku langsung tertawa…kenapa sayang kamu takutnya sampai ngompol begitu….kupapah bu sherli ke kamar mandi…kunyalakan showerku kumandikan dia dengan pakaian lengkap…kusiram terus mukanyanya dan bibir bu sherly..terlihat dia agak susah bernafas..setelah itu kubuka kaosnya….kubuka behannya.. dan terahir celana dalamnya….kumandikan dengan penuh perasaan..seperti memandikan bayi….kusuruh bu sherly tiduran di bathub ku sabuni kakinya vaginanya ..seluruh badanya agar wangi..kemejaku pun basah oleh busa sabun….aku suruh dia berdiri setengah menunging karena takut bu sherly hanya menurut saja..kumasukan sabun itu secara perlahan-lahan ke anus bu sherly..bu sherly memekik tertahan ahhhhhhhhhh shhhhh…pantatnya pun bergetar tanda kegelian sekaligus penolakan…aku berkata saya bilang dian nurut saja….saya mau menikmati tubuh ibu secara utuh dan bau wangi…. Setelah selesai ku handuki badan bu sherly…ku keringkan rambutnya yang basah…Ku papah dia ketempat tidur….setelah tadi mandi memakai air hangat masuk kekamarku dengan kondisi suhu ruangan dingin sekali bu sherly mengigil…matikan acnya andri ibu tidak kuat dinginya..tenang buuu kataku ibu nikmati saja sensasinya..aku ambilkan teh melati untuknya dan langsung bu sherly meminumnya….terasa hangat tenggorokannya bu sherly tidak batuk lagi….setelah itu kulumuri seluruh tubuh bu sherly dengan lotion dicampur babyoil..sungguh mengkilap tubuhnya..kupijat seluruh badannya..bu sherly pasti capai sudah menangis seharian kataku..dia hanya diam saja..mungkin bu sherly sudah pasrah batinku..kulihat kaki bu sherly sungguh sangat lentik…ada memar di dengkulnya karena tertiban keranjang tadi…langsung kuambil handuk kulilitkan talirafia di pergelangan tangan kanannya begitu juga pergelangan tangan kiri..tangankanan ku ikat ke ujung tempat tidur..dan tangan kiri pun sama…Bu sherly shock dan menangis lagi kamu apakan aku ndri jangan kamu bunuh aku seperti phsykopat..aku belum mau mati..whahahahahahaha..aku tertawa tenang saja bu..aku gak akan bunuh ibu ko…setelah kedua tangan terikat..ku cium bibir bu sherly..namun bibirnya tetap tertutup ..bu sherly memejamkan mata…kucoba mejilat telinganya dan lehernya…bu sherly hanya menundukan wajahnya terlihat kegelian…aku cubit kedua putingnya 3 kali karena licin oleh baby oil..dia hanya bilang aduh sakit , kata bu sherly….tapi aku terkejut aku ga mencubit keras2 kok dibilang sakit..tapi tiba-tiba putingnya mengeras..aha batunku pasti dia sudah terangsang….aku senyum senyum sendiri..dia membuka mataku..terlihat memerah matanya dan menutup mata lagi…..dari tadi sungguh aku tergila gila pada kakinya terutama jari2 kakinya yang lentik….langsung lidahku menyapu jari kelingking kirinya..aku emut2…bu sherly terlihat berontak kegelian..aku pegang kaki kirinya agak erat..aku jilat telapak kaki kirinya….aku kulum jempol kakinya…ahhhhhhhhh teriak bu sherly geliiiii andri…..aku diam saja aku pindah ketelapak kaki kanannya..aku jilatin sampai basah kedua kakinya ku kulum jarikaki kanannya yang ada cincinya menambah nafsuku….badan bu sherly mengelinjang kesana kemari…sudah skitar 5 menit aku mainkan kakinya aku gosok2kan dengan penisku…..aku ciumi kedua pahanya…dekat selankangannya..aku cium pusarnya….aku langsung mencium kedua putting payudarannya…bu sherly ter-engah-engah..andriii stopppp..ahhhhh……sttthhh..dia terlihat geli…10 menitku jilat payudaranya tak luput ketiaknya yang wangi sabun mandiku…..langsung ku kangkangkang kedua kakinya…andriii kamu mau ngapainnnn kata bu sherly…aku mau jilatin semua badan bu sherly…tapi andri jangan disitu jorok ah ibu belu pernah…hahahahahaha pasrah juga ibu ini…langsung lidahku menyapu vaginannya 5 kali.. pada saat sapuan2lidah ku bu sherly tersentak kaget..hmm asinnn..ternyata vagina bu sherly sudah becek banget nihhhhhhh…kataku..bu sherly hanya memerah mukanya…dan hanya belingsatan..langsung kujilati anusnya..ada bau khas disitu hmm wangi juga lidahku coba menerobos lebih dalam liang vaginanya..ahhhhhhh andri ahhhhhh geli andriii itu khan anussssssss,,jorokk ahh..aku ga peduli tapi aku bilang tapi enak kann bu…..aku beranjak ambil baby oil lagi kulumuri dengan tangan kananku…tangan kiriku mulai memasuki vagina bu sherly yang sudah sangat basah oleh air vaginanya dan air liurku…kocok dengan ritme yang tidak terartur 5 kali pelan 6 kali kencang dann terus yah tidah lama skitar 3 menit andriiiiiiiiiiiiiiii ohhhhhhhhhhhh andriiiiiiiiiiiiiiii…sayaaaaaa gak tahan..ayo bu jangan ditahannn keluarkan saja kataku…….ini rasanya kok seperti geli campur mau pipis kata bu sherly…hah dalam hati aku menduga ternyata bu sherly pasti belum pernah merasakan orgasme..goblok benar suaminnya batinku….akhirnya bu sherly mengejan dan melenguh seperti sapi yang mau dipotong..hehehehehehe…aku jilati jariku yang basah oleh cairan vagina ibu ini…yesss berhasilll kataku dalam hati…kubiarkan bu sherly menikmati orgasmenya 1 menit setelah itu aku langsung tanpa member ampun kupercepat ritme tangan kiriku untuk mengocoknya..dan tangan kananku jari tengah pelan2 masuk ke anus..karena licin oleh babyoil agak mudah sampai mentok jariku tengahku…dia melenguh andriiii ..apa sayang kataku..rasanya bagaimana bu sherly kataku…agak geli, panasss ya dilubang anusku katannya…..aku mulai memainkan kedua ritme tanganku…dan tidak sampai 2 menit bu sherly teriak2….orgamse kedua andriiiiiiiiiiii ibu mau keluar……serrrr terlihat vagina bu sherly basahh..dan perutnya mengigill udah andri stop..ibu mau pipis lagi …orgasme ketiga..aku tidak peduli……aku terus mengocoknya dengan cepat..akhirnya bu sherly lemasss sekali dia hanya bilang..andriiii kamu hebat ibu tidak pernah merasakan sensasi seperti ini katanya…aku langsung bediri kubuka semua pakaianku….bu sherly melotot melihat tubuhku…kenapa bu kataku aku memang suka berolah raga jadinya ya sixpack ni perut..aku pikir dia terperangah oleh perutku kebangaanku selama ini ternyata dia melotot melihat penisku yang besar , berurat dan kepala penisku bak helm tentara..kenapa bu besarnya kataku..dia bilang iyaaa aduhhhh aku takut sakit ndri…apa muat masuk itu….tenang saja bu pasti bisa asal pelan pelan kataku…Penisku sebenarnya dulunya biasa saja tapi akibat dulu sering kepijat alat vital..ditambah beli pump penis dan oil pembesar bikin membesar kayak roket dan panjang..wkwkwkwkwkwkwkwkAku suruh bu sherly kulum penisku..dia diam saja agak jijik sepertinya..langsung aku bilang ayolah bu shely..ibu ingin pulangkhan..dan pengen semua ini cepat berakhir…langsung bak dicocok hidungnya ibu ini nurut..tapi mulutnya sangat tipis kecil dan merah seperti vaginanya….susah masuk penisku hanya 1/3nya mana kena gigilagi haduhhh..bu sherly belum pernah menghisap penis suami ibu ya kataku…dia bilang sering dulu tapi tidak sebesar ini…pantesannnnn gumamku…Langsung aku coba memasukan penisku kelubang vaginanya…pelan2 ya ndri…iya sabar sayang katakuAgak seret pertama..aku gak kehabisan akal akujilatin terus vagiannya….mulai basah dan itu kesempatanku ..setelah masuk semua..bu sherly tepekik aduh andri…kenapa bu kataku ..rasannya padat banget penismu , vagina ibu jadi geli tapi agak sakit yah..sabar bu sebetar lagi enak…aku percepat ritmeku hmmmm keluar lagi untuk kesekian kalinya bu sherly…aku susupkan jari telunjuk kananku ke anusnya..makinnnn teriak2 bu sherly..aduhh andryyyy aku keluar lagiii…saking beceknya vagina bu sherly membasahi spreiku….pelan2 ku masukan 2 jari ke lubang anusnya hingga 3 jari…….makin kencang suara bu sherly ..aduhhh andryyy enakkkk andryyy….aku tarik penisku dari lubang vagina bu sherly…aku masukan ke anusnya..awalnya bu sherly menolak tapi aku tenangkan..enak ko bu tenang saja…benar saja dan blesssssss….secara perlahan tapi pasti penisku masuk ke dalam anusnya…mata bu sherly melotot menahan panas di anusnya dicampur tanda enak…aku ngejot perlahan dannnnnn cepattt..bu sherly…aduhhhh sayanggg aduhhhh ternyata anus ibu yang kamu kerjain vagina ibu ikut geli lagii kata bu sherly…hahahahahahaha memang begitu ibu sayang, kalau penetrasi yang pas dan tepat saatnya di anus bisa membuat orgasme malah lebih dashyat kataku……hanya beberapa menit bu sherly kembali mengulang orgasmenya, matanya melotot dan bibirnya meneracau…perutnyapun bergetar hebatt..stopp andri ibu tidak kuat…aku tidak peduli aku teruskan kedalam anusnya….aduhhh bu enak bangettttt anget bangettttt dan sempit banget anus bu sherly…iya sayanggggggg andriiii ibu sudah ga kuat stop ya please..ibu mau pipisss niiiii…benerannn mau pipissss kata bu sherly…aku tertawa saja yaudah pipis aja dikasur kataku aku dah nanggung kataku…langsung bu sherly karena tak tahan orgasme terusss pipis diperutku..terasa hangat pipisnya ..bodo amat sprei nanti bisa kucuci…ini baru sex yang berbeda jangan dilewatkan walu semenitpun gumamku,,,,,,bu sherly hanya bergetar2 hebat paudarannya merah dan puntingnya kugigiti secara halus..akhirnya pertahanku pun jebolll..aku tumpahkan spermaku di anusnya…..crotttttt crotttttt crotttt………….ahh Bu sherly..aku pun ambruk diatas badan bu sherly kugigit bibirnya kucium mesra…dan ternyata bu sherly pun membalasnya…………………horeeee akhirnya strategiku berhasillll…………………bu sherly membalas perlakuanku …. Setelah itu aku lepas ikatanya aku madikan lagi bu sherly dan kupakaikan kemejaku…agak terlihat longgar dipakainnya tapi menambah sex-appealnya yang tinggi…aku angkat kasurku..aku taruh di jemuran atas..aku lantas mandi…..bu sherly duduk di sofa dekat ruang makan..aku buatkan popmie untuk berdua…trus kita berdua makan bareng…kulihat bu sherly lapar sekali…..lahap sekali dia memakannya…waduh buuuu laper gara2 orgasme ya kataku…bu sherly menunduk malu…..habis aku khan dah tua kamu kasih orgasme terus mana aku bisa tahan mas andri katanyaa…aku hanya tertawa… Aku lantas menyalakan rokokku dan menanyakan tentang kehidupan pribadinya yang skarang..ternyata bu sherly hidup di apartemen sendiri tidak ada siapapun dirumahnya….yaudah bu kalao begitu bu sherly aku panggil sherly aja ya..nginap disini saja toh di apartemen bu sherly tidak ada siapa2 juga..bu sherly hanya diam lantas mengangguk…semenjak kejadian itu bu sherly hampir setiap hari tinggal dirumahku…persetan kata tetangga lagian kompleks rumahku bodo amat…ga ada yang usil…..sherly sayangku sudah mulai jago dalam urusan sex…dia sudah jago mem blow-job penisku,,,dan malah suka menjilati sun –holeku katanya baunya khas lelaki…hahahaha ada ada saja….tapi akhirnya sorga dunia ini berakhir juga……setelah 1 tahun berlaluSuaminnya telah ditemukan oleh keluargannya dalam keadaan cacat kakinya patah dan sudah bisa berbicara walaupun terbata2….bu sherly menangis dalam pelukanku dia bilang sangat mencintaiku dan hal2 sex yang telah kuberikan akan tetapi , aku adalah seorang ibu ..memang aku salah mas andri aku udah ml sama orang yang bukan suami aku kata sherly..aku sedih bercampur terharu mendengar kata2nya..sebetulnya yang salah ya aku..aku tau kamu istri setia aku hancurkan kehidupan kamu….tapi menurut pembenaranku dalam berkata bak pahlawan kutukupretttt aku bilang, kamu ga salah2 amat kok lagian menurutku kamu khan setia aku yg mau perkosa kamu gak tahunnya kamu ketagihan candaku,,, langsung sherlyku mencubit perutku,,,,aduhhhhh sakittt sayangg kataku….lagian kamu taunnya suamimu hilangkhan dan bisa dipikir malah gak akan pulang..makannya kamu berfikir kita bisa melanjutkan hubunggan ini kataku meyakinkannya…iya katanya masih agak terisak sherlyku sayang sherlyku malang….aku ajak ML dia hanya tersenyum sudah ya aku sudah ga bisa lagi karenan ternyata suamiku ada dan di sudah mau pulih dari keadaannya..sherlypun mencium bibirku dan mengecup keningku lembut rasanya….aihhh romantic dombrettttzzzz……sherly pun tersenyum padaku dan berlalu,Sudah 6 bulan berlalu kucoba hubunggi hpnya,,kucoba mobilku melewati rumahnya tak juga kutemukan sherlyku sayang…rumahnyapun kosong melomponggg…..aku sungguh pusingggggg mencarinnya..kunyalakan rokokku…sambil kuhisap dalam2 asap rokok ini aku teringat kenangan lalu bersama sherlyku…tiba2 saja sms masuk di hpku dari nomor tak dikenal…saya kubuka kata-katanya… ’hai Mas andri apakabarnya? Semoga dalam keadaan sehat slalu ya..smoga sukses juga untuk karirnya..cepetan cari istri sana , kamu kangen aku ga??? Aku sering memikirkan kamu tapi maaf ya hubunggan kita harus diakhiri sampai disini, maybe in another life kita bisa bertemu..kamu baik2 ya dijakarta…aku udah tinggal di manado skarang merawat suamiku..kamu gausah hubunggi ke no ini karena pasti sudah aku buang nomer ini…aku mau mengabdi sama suamiku mengingat kesalahanku sama dia..maaf yaa’’… Setelah membaca kata2 dari isi sms tersebut..aku sempat sedih..gak terasa mataku berkaca-kaca…yah sherly padahal aku mau hidup dengan kamu tapi apa mungkin, dan keputusan kamupun berbeda…ingin kuulangi saat itu, kita nonton bareng ngumpet2 takut ketahuan orang / saudara suami kamu..hmmmm NafsuBirahi Janda Setengah Baya. Nafsu Birahi Janda Setengah Baya. Namaku Heri adalah seorang karyawan yang tinggal di kota Bandung,aku tinggal bersama paman dan bibiku. Sampai suatu waktu bibi dan paman ku pindah rumah tapi rumah yang sekarang aku tinggali tetep tidak dijual, karena sayang untuk di tinggal sendiri bibiku menyarankan untuk di Cerita Dewasa Seks – walau umur sudah cukup matang penampilan tetap harus enak dilihat. Usia Bu Haritono sebenarnya tidak muda lagi bisa disebut ibu setengah baya. Mungkin menjelang 40 tahun. Sebab suaminya, Pak Hariiono yang menjabat Ketua RT di kampungku sebentar lagi memasuki masa pensiun. Aku mengetahui itu karena hubunganku dgn keluarga Pak Hariiono cukup dekat. Maklum sebagai tenaga muda aku sering diminta Pak Hariiono untuk membantu berbagai urusan yang berkaitan dgn kegiatan RT. Namun berbeda dgn suaminya yang sering sakit-sakitan, sosok istrinya wanita beranak yang kini menetap di luar Jawa mengikuti tugas sang suami itu, jauh berkebalikan. Kendati usianya hampir memasuki kepala empat, Bu Hari begitu biasanya aku dan warga lain memanggil sebagai wanita belum kehilangan daya tariknya. Memang beberapa kerutan mulai nampak di wajahnya. Tetapi buah dadanya, pinggul dan pantatnya, sungguh masih mengundang pesona. Aku dapat mengatakan ini karena belakangan terlibat perselingkuhan panjang dgn wanita berpostur tinggi besar tersebut.. Kisahnya berawal ketika Pak Hariiono mendadak menderita sakit cukup serius. Ia masuk rumah sakit dalam keadaan koma dan bahkan berhari-hari harus berada di ruang ICU Intensive Care Unit sebuah RS pemerintah di kotaku. Karena ia tidak memiliki anggota keluarga yang lain sementara putri satu-satunya berada di luar Jawa, aku diminta Bu Hari untuk membantu menemaninya selama suaminya berada di RS menjalani perawatan. Dan aku tidak bisa menolak karena memang masih menganggur setamat SMA setahun lalu. “Kami bapak-bapak di lingkungan RT meminta Mas Rhidhoo mau membantu sepenuhnya keluarga Pak Hariiono yang sedang tertimpa musibah. Khususnya untuk membantu dan menemani Bu Hari selama di rumah sakit. Mau kan Mas Rhidhoo,?” Begitu kata beberapa anggota arisan bapak-bapak kepadaku saat menengok ke rumah sakit. Bahkan Pak Nandang, seorang warga yang dikenal dermawan secara diam-diam menyelipkan uang Rp 100 ribu di kantong celanaku yang katanya untuk membeli rokok agar tidak menyusahkan Bu Hari. Dan aku tidak bisa menolak karena memang Bu Hari sendiri telah memintaku untuk menemaninya. Hari-hari pertama mendampingi Bu Hari merawat suaminya di RS aku dibuat sibuk. Harus mondar-mandir menebus obat atau membeli berbagai keperluan lain yang dibutuhkan. bahkan kulihat wanita itu tak sempat mandi dan sangat kelelahan. Mungkin karena tegang suaminya tak kunjung siuman dari kondisi komanya. Menurut dokter yang memeriksa, kondisi Pak Hariiono yang memburuk diduga akibat penyakit radang lambung akut yang diderita. Maka akibat komplikasi dgn penyakit diabetis yang diidapnya cukup lama, daya tahan tubuhnya menjadi melemah. Menyadari penyakit yang diderita tersebut, yang kata dokter proses penyembuhannya dapat memakan waktu cukup lama, berkali-kali aku meminta Bu Hari untuk bersabar. “Sudahlah bu, ibu pulang dulu untuk mandi atau beristirahat. Sudah dua hari saya lihat ibu tidak sempat mandi. Biar saya yang di sini menunggui Pak Hari,” kataku menenangkan. Saranku rupanya mengena dan diterima. Maka siang itu, ketika serombongan temannya dari tempatnya mengajar di sebuah SLTP membesuk oh ya Bu Hari berprofesi sebagai guru sedang Pak Hari karyawan sebuah instansi pemerintah ia meminta para pembesuk untuk menunggui suaminya. “Saya mau pulang dulu sebentar untuk mandi diantar Nak Rhidhoo. Sudah dua hari saya tidak sempat mandi,” katanya kepada rekan-rekannya. dgn sepeda motor milik Pak Hari yang sengaja dibawa untuk memudahkan aku kemana-mana saat diminta tolong oleh keluarga itu, aku pulang memboncengkan Bu Hari. Tetapi di perjalanan dadaku sempat berdesir. Gara-gara mengerem mendadak motor yang kukendarai karena nyaris menabrak becak, tubuh wanita yang kubonceng tertolak ke depan. Akibatnya di samping pahaku tercengkeram tangan Bu Hari yang terkaget akibat kejadian tak terduga itu, punggungku terasa tertumbuk benda empuk. Tertumbuk buah dadanya yang ku yakini ukurannya cukup besar. Ah, pikiran nakalku jadi mulai liar. Sambil berkonsentrasi dgn sepeda motor yang kukendarai, pikiranku berkelana dan mengkira-kira membayangkan seberapa besar buah dada milik wanita yang memboncengku. Pikiran kotor yang semestinya tidak boleh timbul mengingat suaminya adalah seorang yang kuhormati sebagai Ketua RT di kampungku. Pikiran nyeleneh itu muncul, mungkin karena aku memang sudah tidak perjaka lagi. Aku pernah berhubungan seks dgn seorang WTS kendati hanya satu kali. Hal itu dilakukan dgn beberapa teman SMA saat usai pengumuman hasil Ebtanas. Setelah mengantar Bu Hari ke rumahnya yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahku, aku pamit pulang mengambil sarung dan baju untuk ganti. “Jangan lama-lama nak Rhidhoo, ibu cuma sebentar kok mandinya. Lagian kasihan teman-teman ibu yang menunggu di rumah sakit,” katanya. Dan sesuai yang dipesannya, aku segera kembali ke rumah Pak Hari setelah mengambil sarung dan baju. Langsung masuk ke ruang dalam rumah Pak Hari. Ternyata, di meja makan telah tersedia segelas kopi panas dan beberapa potong kue di piring kecil. Dan mengetahui aku yang datang, terdengar suara Bu Hari menyuruhku untuk menikmati hidangan yang disediakan. “Maaf Nak Rhidhoo, ibu masih mandi. Sebentar lagi selesai,” suaranya terdengar dari kamar mandi di bagian belakang. Tidak terlalu lama menunggu, Ia keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke kamarnya lewat di dekat ruang makan tempatku minum kopi dan makan kue. Saat itu ia hanya melilitkan handuk yang berukuran tidak terlalu besar untuk menutupi tubuhnya yang basah. Tak urung, kendati sepintas, aku sempat disuguhi pemandangan yang mendebarkan. Betapa tidak, karena handuk mandinya tak cukup besar dan lebar, maka tidak cukup sempurna untuk dapat menutupi ketelanjangan tubuhnya. Ah,.. benar seperti dugaanku, buah dada Bu Hari memang berukuran besar. Bahkan terlihat nyaris memberontak keluar dari handuk yang melilitnya….Baca selengkapnya disini

CeritaSex Janda, Kumpulan Cerita Dewasa Ibu Ibu Janda Download cerita bude ngentot di kampung for fre Fre download suami tetanga pak rt ngentot sama ibu ku Di cerita bude nafsu ngentot What helps come down from adderall Ngentot bude di kampung Cerita Sex Terbaru: Cerita Dewasa Janda ibu muda | Raja Obat Herbal Alami Cerita

Usia Bu Harjono sebenarnya tidak muda lagi. Mungkin menjelang 50 tahun. Sebab suaminya, Pak Harjono yang menjabat Ketua RT di kampungku, sebentar lagi memasuki masa pensiun. Aku mengetahui itu karena hubunganku dengan keluarga Pak Harjono cukup dekat. Maklum sebagai tenaga muda aku sering diminta Pak Harjono untuk membantu berbagai urusan yang berkaitan dengan kegiatan RT. Namun berbeda dengan suaminya yang sering sakit-sakitan, sosok istrinya wanita beranak yang kini menetap di luar Jawa mengikuti tugas sang suami itu, jauh berkebalikan. Kendati usianya hampir memasuki kepala lima, Bu Har begitu biasanya aku dan warga lain memanggil sebagai wanita belum kehilangan daya tariknya. Memang beberapa kerutan mulai nampak di wajahnya. Tetapi buah dadanya, pinggul dan pantatnya, sungguh masih mengundang pesona. Aku dapat mengatakan ini karena belakangan terlibat perselingkuhan panjang dengan wanita berpostur tinggi besar tersebut. Kisahnya berawal ketika Pak Harjono mendadak menderita sakit cukup serius. Ia masuk rumah sakit dalam keadaan koma dan bahkan berhari-hari harus berada di ruang ICU Intensive Care Unit sebuah RS pemerintah di kotaku. Karena ia tidak memiliki anggota keluarga yang lain sementara putri satu-satunya berada di luar Jawa, aku diminta Bu Har untuk membantu menemaninya selama suaminya berada di RS menjalani perawatan. Dan aku tidak bisa menolak karena memang masih menganggur setamat SMA setahun lalu. “Kami bapak-bapak di lingkungan RT memita Mas Rido mau membantu sepenuhnya keluarga Pak Harjono yang sedang tertimpa musibah. Khususnya untuk membantu dan menemani Bu Har selama di rumah sakit. Mau kan Mas Rido,?” Begitu kata beberapa anggota arisan bapak-bapak kepadaku saat menengok ke rumah sakit. Bahkan Pak Nandang, seorang warga yang dikenal dermawan secara diam-diam menyelipkan uang Rp 100 ribu di kantong celanaku yang katanya untuk membeli rokok agar tidak menyusahkan Bu Har. Dan aku tidak bisa menolak karena memang Bu Har sendiri telah memintaku untuk menemaninya. Hari-hari pertama mendampingi Bu Har merawat suaminya di RS aku dibuat sibuk. Harus mondar-mandir menebus obat atau membeli berbagai keperluan lain yang dibutuhkan. bahkan kulihat wanita itu tak sempat mandi dan sangat kelelahan. Mungkin karena tegang suaminya tak kunjung siuman dari kondisi komanya. Menurut dokter yang memeriksa, kondisi Pak Harjono yang memburuk diduga akibat penyakit radang lambung akut yang diderita. Maka akibat komplikasi dengan penyakit diabetis yang diidapnya cukup lama, daya tahan tubuhnya menjadi melemah. Menyadari penyakit yang diderita tersebut, yang kata dokter proses penyembuhannya dapat memakan waktu cukup lama, berkali-kali aku meminta Bu Har untuk bersabar. “Sudahlah bu, ibu pulang dulu untuk mandi atau beristirahat. Sudah dua hari saya lihat ibu tidak sempat mandi. Biar saya yang di sini menunggui Pak Har,” kataku menenangkan. Saranku rupanya mengena dan diterima. Maka siang itu, ketika serombongan temannya dari tempatnya mengajar di sebuah SLTP membesuk oh ya Bu Har berprofesi sebagai guru sedang Pak Har karyawan sebuah instansi pemerintah, ia meminta para pembesuk untuk menunggui suaminya. “Saya mau pulang dulu sebentar untuk mandi diantar Nak Rido. Sudah dua hari saya tidak sempat mandi,” katanya kepada rekan-rekannya. Dengan sepeda motor milik Pak Har yang sengaja dibawa untuk memudahkan aku kemana-mana saat diminta tolong oleh keluarga itu, aku pulang memboncengkan Bu Har. Tetapi di perjalanan dadaku sempat berdesir. Gara-gara mengerem mendadak motor yang kukendarai karena nyaris menabrak becak, tubuh wanita yang kubonceng tertolak ke depan. Akibatnya di samping pahaku tercengkeram tangan Bu Har yang terkaget akibat kejadian tak terduga itu, punggungku terasa tertumbuk benda empuk. Tertumbuk buah dadanya yang kuyakini ukurannya cukup besar. Ah, pikiran nakalku jadi mulai liar. Sambil berkonsentrasi dengan sepeda motor yang kukendarai, pikiranku berkelana dan mengkira-kira membayangkan seberapa besar buah dada milik wanita yang memboncengku. Pikiran kotor yang semestinya tidak boleh timbul mengingat suaminya adalah seorang yang kuhormati sebagai Ketua RT di kampungku. Pikiran nyeleneh itu muncul, mungkin karena aku memang sudah tidak perjaka lagi. Aku pernah berhubungan seks dengan seorang WTS kendati hanya satu kali. Hal itu dilakukan dengan beberapa teman SMA saat usai pengumuman hasil Ebtanas. Setelah mengantar Bu Har ke rumahnya yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahku, aku pamit pulang mengambil sarung dan baju untuk ganti. “Jangan lama-lama nak Rido, ibu cuma sebentar kok mandinya. Lagian kasihan teman-teman ibu yang menunggu di rumah sakit,” katanya. Dan sesuai yang dipesannya, aku segera kembali ke rumah Pak Har setelah mengambil sarung dan baju. Langsung masuk ke ruang dalam rumah Pak Har. Ternyata, di meja makan telah tersedia segelas kopi panas dan beberapa potong kue di piring kecil. Dan mengetahui aku yang datang, terdengar suara Bu Har menyuruhku untuk menikmati hidangan yang disediakan. “Maaf Nak Rido, ibu masih mandi. Sebentar lagi selesai,” suaranya terdengar dari kamar mandi di bagian belakang. Tidak terlalu lama menunggu, Ia keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke kamarnya lewat di dekat ruang makan tempatku minum kopi dan makan kue. Saat itu ia hanya melilitkan handuk yang berukuran tidak terlalu besar untuk menutupi tubuhnya yang basah. Tak urung, kendati sepintas, aku sempat disuguhi pemandangan yang mendebarkan. Betapa tidak, karena handuk mandinya tak cukup besar dan lebar, maka tidak cukup sempurna untuk dapat menutupi ketelanjangan tubuhnya. Ah,.. benar seperti dugaanku, buah dada Bu Har memang berukuran besar. Bahkan terlihat nyaris memberontak keluar dari handuk yang melilitnya. Bu Har nampaknya mengikat sekuatnya belitan handuk yang dikenakanannya tepat di bagian dadanya. Sementara di bagian bawah, karena handuk hanya mampu menutup persis di bawah pangkal paha, kaki panjang wanita itu sampai ke pangkalnya sempat menarik tatap mataku. Bahkan ketika ia hendak masuk ke kamarnya, dari bagian belakang terlihat mengintip buah pantatnya. Pantat besar itu bergoyang-goyang dan sangat mengundang saat ia melangkah. Dan ah, .. yang tak kalah syur, ia tidak mengenakan celana dalam. Bicara ukuran buah dadanya, mungkin untuk membungkusnya diperlukan Bra ukuran 38 atau lebih. Sebagai wanita yang telah berumur, pinggangnya memang tidak seramping gadis remaja. Tetapi pinggulnya yang membesar sampai ke pantatnya terlihat membentuk lekukan menawan dan sedap dipandang. Apalagi kaki belalang dengan paha putih mulus miliknya itu, sungguh masih menyimpan magnit. Maka degup jantungku menjadi kian kencang terpacu melihat bagian-bagian indah milik Bu Har. Sayang cuma sekilas, begitu aku membatin. Tetapi ternyata tidak. Kesempatan kembali terulang. Belum hilang debaran dadaku, ia kembali keluar dari kamar dan masih belum mengganti handuknya dengan pakaian. Tanpa mempedulikan aku yang tengah duduk terbengong, ia berjalan mendekati almari di dekat tempatku duduk. Di sana ia mengambil beberapa barang yang diperlukan. Bahkan beberapa kali ia harus membungkukkan badan karena sulitnya barang yang dicari seperti ia sengaja melakukan hal ini. Tak urung, kembali aku disuguhi tontonan yang tak kalah mendebarkan. Dalam jarak yang cukup dekat, saat ia membungkuk, terlihat jelas mulusnya sepasang paha Bu Har sampai ke pangkalnya. Paha yang sempurna , putih mulus dan tampak masih kencang. Dan ketika ia membungkuk cukup lama, pantat besarnya jadi sasaran tatap mataku. Kemaluannya juga terlihat sedikit mengintip dari celah pangkal pahanya. Perasaanku menjadi tidak karuan dan badanku terasa panas dingin dibuatnya. Apakah Bu Har menganggap aku masih pemuda ingusan? Hingga ia tidak merasa canggung berpakaian seronok di hadapanku? Atau ia menganggap dirinya sudah terlalu tua hingga mengira bagian-bagian tubuhnya tidak lagi mengundang gairah seorang laki-laki apalagi laki-laki muda sepertiku? Atau malah ia sengaja memamerkannya agar gairahku terpancing? Pertanyaan-pertanyaan itu serasa berkecamuk dalam hatiku. Bahkan terus berlanjut ketika kami kembali berboncengan menuju rumah sakit. Dan yang pasti, sejak saat itu perhatianku kepada Bu Har berubah total. Aku menjadi sering mencuri-curi pandang untuk dapat menatapi bagian-bagian tubuhnya yang kuanggap masih aduhai. Apalagi setelah mandi dan berganti pakaian, kulihat ia mengenakan celana dan kaos lengan panjang ketat yang seperti hendak mencetak tubuhnya. Gairahku jadi kian terbakar kendati tetap kupendam dalam-dalam. Dan perubahan yang lain, aku sering mengajaknya berbincang tentang apa saja di samping selalu sigap mengerjakan setiap ia membutuhkan bantuan. Hingga hubungan kami semakin akrab dari waktu ke waktu. Sampai suatu malam, memasuki hari kelima kami berada di rumah sakit, saat itu hujan terus mengguyur sejak sore hari. Maka orang-orang yang menunggui pasien yang dirawat di ruang ICU, sejak sore telah mengkapling-kapling teras luar bangunan ICU. Maklum, di malam hari penunggu tidak boleh memasuki bagian dalam ruang ICU. Dan pasien biasanya memanfaatkan teras yang ada untuk tiduran atau duduk mengobrol. Dan malam itu, karena guyuran hujan, lahan untuk tidur jadi menyempit karena pada beberapa bagian tempias oleh air hujan. Sementara aku dan Bu Har yang baru mencari kapling setelah makan malam di kantin, menjadi tidak kebagian tempat. Setelah mencari cukup lama, akhirnya aku mengusulkan untuk menggelar tikar dan karpet di dekat bangunan kamar mayat. Aku mengusulkan itu karena jaraknya masih cukup dekat dengan ruang ICU dan itu satu-satunya tempat yang memungkinkan untuk berteduh kendati cukup gelap karena tidak ada penerangan di sana. Awalnya Bu Har menolak, karena posisinya di dekat kamar mayat. Namun akhirnya ia menyerah setelah mengetahui tidak ada tempat yang lain dan aku menyatakan siap berjaga sepanjang malam. “Janji ya Rid setelah cukup akrab Bu Har tidak mengembel-embeli sebutan Nak di depan nama panggilanku, kamu harus bangunkan ibu kalau mau kencing atau beli rokok. Soalnya ibu takut ditinggal sendirian,” katanya. “Wah, persediaan rokokku lebih dari cukup kok bu. Jadi tidak perlu kemana-mana lagi,” jawabku. Nyaman juga ternyata menempati kapling dekat kamar mayat. Bisa terbebas dari lalu-lalang orang hingga bisa beristirahat cukup tenang. Dan kendati gelap tanpa penerangan, bisa terbebas dari cipratan air hujan karena tempat kami menggelar tikar dan karpet terlindung oleh tembok setinggi sekitar setengah meter. Sambil tiduran agak merapat karena sempitnya ruang yang ada, Bu Har mengajakku ngobrol tentang banyak hal. Dari soal kerinduannya pada Dewi, anaknya yang hanya bisa pulang setahun sekali saat lebaran sampai ke soal penyakit yang diderita Pak Harjono. Menurut Bu Har penyakit diabetis itu diderita suaminya sejak delapan tahun lalu. Dan karena penyakit itulah penyakit radang lambung yang datang belakangan menjadi sulit disembuhkan. “Katanya penyakit diabetes bisa menjadikan laki-laki jadi impotensi ya Bu?” “Kata siapa, Rid?” “Eh,.. anu, kata artikel di sebuah koran,” jawabku agak tergagap. Aku merasa tidak enak berkomentar seperti itu terhadap penyakit yang diderita suami Bu Har. “Rupanya kamu gemar membaca ya. Benar kok itu, makanya penyakit kencing manis di samping menyiksa suami yang mengidapnya juga berpengaruh pada istrinya. Untung ibu sudah tua,” ujarnya lirih. Merasa tidak enak topik perbincangan itu dapat membangkitkan kesedihan Bu Har, akhirnya aku memilih diam. Dan aku yang tadinya tiduran dalam posisi telentang, setelah rokok yang kuhisap kubuang, mengubah posisi tidur memunggungi wanita itu. Sebab kendati sangat senang bersentuhan tubuh dengan wanita itu, aku tidak mau dianggap kurang ajar. Sebab aku tidak tahu secara pasti jalan pikiran Bu Har yang sebenarnya. Tetapi baru saja aku mengubah posisi tidur, tangan Bu Har terasa mencolek pinggangku. “Tidurmu jangan memunggungi begitu. Menghadap ke sini, ibu takut,” katanya lirih. Aku kembali ke posisi semula, tidur telentang. Namun karena posisi tidur Bu Har kelewat merapat, maka saat berbalik posisi tanpa sengaja lenganku menyenggol buah dada wanita itu. Memang belum menyentuh secara langsung karena ia mengenakan daster dan selimut yang menutupi tubuhnya. Malangnya, Bu Har bukannya menjauh atau merenggangkan tubuh, tetapi malah semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Seperti anak kecil yang ketakutan saat tidur dan mencari perasaan aman pada ibunya. Akhirnya, dengan keberanian yang kupaksakan – karena ku yakin saat itu Bu Har belum pulas tertidur – aku mulai mencoba-coba. Seperti yang dimauinya, aku mengubah kembali posisi tidur miring menghadapinya. Jadilah sebagian besar tubuhku merapat ketat ke tubuhnya hingga terasa kehangatan mulai menjalari tubuhku. Sampai di situ aku berbuat seolah-olah telah mulai lelap tertidur sambil menunggu reaksinya. Reaksinya, Bu Har terbangkit dan menarik selimut yang dikenakannya. Selimut besar dan tebal itu ditariknya untuk dibentangkan sekaligus menutupi tubuhku. Jadilah tubuh kami makin berhimpitan di bawah satu selimut. Akhirnya, ketika aku nekad meremas telapak tangannya dan ia membalas dengan remasan lembut, aku jadi mulai berani beraksi lebih jauh. Kumulai dengan menjalari pahanya dari luar daster yang dikenakannya dengan telapak tanganku. Ia menggelinjang, tetapi tidak menolakkan tanganku yang mulai nakal itu. Malah posisi kakinya mulai direnggangkan yang memudahkanku menarik ke atas bagian bawah dasternya. Baru ketika usapan tanganku mulai menjelajah langsung pada kedua pahanya, kuketahui secara pasti ia tidak menolaknya. Tanganku malah dibimbingnya untuk menyentuh kemaluannya yang masih tertutup celana dalam. Seperti keinginanku dan juga keinginannya, telapak tanganku mulai menyentuh dan mengusap bagian membusung yang ada di selangkangan wanita itu. Ia mendesah lirih saat usapan tanganku cukup lama bermain di sana. Juga saat tanganku yang lain mulai meremasi buah dadanya dari bagian luar Bra dan dasternya. Sampai akhirnya, ketika tanganku yang beroperasi di bagian bawah telah berhasil menyelinap ke bagian samping celana dalam dan berhasil mencolek-colek celah kemaluannya yang banyak ditumbuhi rambut, dia dengan suka rela memereteli sendiri kancing bagian depan dasternya. Lalu seperti wanita yang hendak menyusui bayinya, dikeluarkannya payudaranya dari Bra yang membungkusnya. Layaknya bayi yang tengah kelaparan mulutku segera menyerbu puting susu sebelah kiri milik Bu Har. Kujilat-jilat dan kukulum pentilnya yang terasa mencuat dan mengeras di mulutku. Bahkan karena gemas, sesekali kubenamkan wajahku ke kedua payudara wanita itu. Payudara berukuran besar dan agak mengendur namun masih menyisakan kehangatan. Sementara Ia sendiri, sambil terus mendesis dan melenguh nikmat oleh segala gerakan yang kulakukan, mulai asyik dengan mainannya. Setelah berhasil menyelinap ke balik celana pendek yang kukenakan, tangannya mulai meremas dan meremas penisku yang memang telah mengeras. Kata teman-temanku, senjataku tergolong long size, hingga Ia nampak keasyikkan dengan temuannya itu. Tetapi ketika aku hendak menarik celana dalamnya, tubuhnya terasa menyentak dan kedua pahanya dirapatkan mencoba menghalangi maksudku. “Mau apa Rid,.. jangan di sini ah nanti ketahuan orang,” katanya lirih. “Ah, tidak apa-apa gelap kok. Orang-orang juga sudah pada tidur dan tidak bakalan kedengaran karena hujannya makin besar.” Hujan saat itu memang semakin karena mempercayai omonganku. Atau karena nafsunya yang juga sudah memuncak terbukti dengan semakin membanjirnya cairan di lubang kemaluannya, ia mau saja ketika celananya kutarik ke bawah. Bahkan ia menarik celana dalamnya ketika aku kesulitan melakukannya. Ia juga membantu membuka dan menarik celana pendek dan celana dalam yang kukenakan. Akhirnya, dengan hanya menyingkap daster yang dikenakannya aku mulai menindih tubuhnya yang berposisi mengangkang. Karena dilakukan di dalam gelap dan tetap dibalik selimut tebal yang kupakai bersama untuk menutupi tubuh, awalnya cukup sulit untuk mengarahkan penisku ke lubang kenikmatannya. Namun berkat bimbingan tangan lembutnya, ujung penisku mulai menemukan wilayah yang telah membasah. Slep… penis besarku berhasil menerobos dengan mudah liang sanggamanya. Aku mulai menggoyang dan memaju-mundurkan senjataku dengan menaik-turunkan pantatku. Basah dan hangat terasa setiap penisku membenam di vaginanya. Sementara sambil terus meremasi kedua buah dadanya secara bergantian, sesekali bibirnya kulumat. Maka ia pun melenguh tertahan, melenguh dan mengerang tertahan. Ah, dugaanku memang tidak meleset tubuhnya memang masih menjanjikan kehangatan. Kehangatan yang prima khas dimiliki wanita berpengalaman. Dihujam bertubi-tubi oleh ketegangan penisku di bagian kewanitannya, Ia mulai mengimbangi aksiku. Pantat besar besarnya mulai digerakkan memutar mengikuti gerakan naik turun tubuhku di bagian bawah. Memutar dan terus memutar dengan gerak dan goyang pinggul yang terarah. Hal itu menjadikan penisku yang terbenam di dalam vaginanya serasa diremas. Remasan nikmat yang melambungkan jauh anganku entah kemana. Bahkan sesekali otot-otot yang ada di dalam vaginanya seolah menjepit dan mengejang. “Ah,.. ah.. enak sekali. Terus, ah.. ah,” “Aku juga enak Rid, uh.. uh… uh. Sudah lama sekali tidak merasakan seperti ini. Apalagi punyamu keras dan penjang. Auh,.. ah.. ah,” Sampai akhirnya, aku menjadi tidak tahan oleh goyangan dan remasan vaginanya yang kian membanjir. Nafsuku kian naik ke ubun-ubun dan seolah mau meledak. Gerakan bagian bawah tubuhku kian kencang mencolok dan mengocok vaginanya dengan penisku. “Aku tidak tahan, ah.. ah.. Sepertinya mau keluar, shhh, ah, .. ah,” “Aku juga Rid, terus goyang, ya .. ya,.. ah,” Setelah mengelojot dan memuntahkan segala yang tak dapat kubendungnya, aku akhirnya ambruk di atas tubuh wanita itu. Maniku cukup banyak menyembur di dalam lubang kenikmatannya. Begitupun Ia, setelah kontraksi otot-otot yang sangat kencang, ia meluapkan ekspresi puncaknya dengan mendekap erat tubuhku. Dan bahkan kurasakan punggungku sempat tercakar oleh kuku-kukunya. Cukup lama kami terdiam setelah pertarungan panjang yang melelahkan. “Semestinya kita tidak boleh melakukan itu ya Rid. Apalagi bapak lagi sakit dan tengah dirawat,” kata Ia sambil masih tiduran di dekatku. Aku mengira ia menyesal dengan peristiwa yang baru terjadi itu. “Ya Maaf,.. soalnya tadi,..” “Tetapi tidak apa-apa kok. Saya juga sudah lama ingin menikmati yang seperti itu. Soalnya sejak 5 tahun lebih Pak Har terkena diabetis, ia menjadi sangat jarang memenuhi kewajibannya. Bahkan sudah dua tahun ini kelelakiannya sudah tidak berfungsi lagi. Cuma, kalau suatu saat ingin melakukannya lagi, kita harus hati-hati. Jangan sampai ada yang tahu dan menimbulkan aib diantara kita,” ujarnya lirih. Plong, betapa lega hatiku saat itu. Ia tidak marah dan menyesal dengan yang baru saja terjadi. Dan yang membuatku senang, aku dapat melampiaskan hasrat terpendamku kepadanya. Kendati aku merasa belum puas karena semuanya dilakukan di kegelapan hingga keinginanku melihat ketelanjangan tubuhnya belum kesampaian. Dan seperti yang dipesankannya, aku berusaha mencoba bersikap sewajar mungkin saat berada diantara orang-orang. Seolah tidak pernah terjadi sesuatu yang luar biasa diantara kami. Kendati aku sering harus menekan keinginan yang menggelegak akibat darah mudaku yang gampang panas saat berdekatan dengannya. Dan sejak itu lokasi teras di belakang kamar mayat menjadi saksi sekitar tiga kali hubungan sumbang kami. Hubungan sumbang yang terpaksa kuhentikan seiring kedatangan Bu Hartini, adik Pak Harjono yang bermaksud menengok kondisi sakit kakaknya. Hanya terus terang, sejak kehadirannya ada perasaan kurang senang pada diriku. Sebab sejak Ia ada yang menemani merawat suaminya di rumah sakit, kendati aku tetap diminta untuk membantu mereka dan selalu berada di rumah sakit, aku tidak lagi dapat menyalurkan hasrar seksualku. Hanya sesekali kami pernah nekad menyalurkannya di kamar mandi ketika hasrat yang ada tak dapat ditahan. Itu pun secara kucing-kucingan dengan Bu Tini dan segalanya dilaksanakan secara tergesa-gesa hingga tetap tidak memuaskan kami berdua. Sampai suatu ketika, saat Pak Har telah siuman dan perawatannya telah dialihkan ke bangsal perawatan yang terpisah, Bu Tini menyarankan kepada Ia untuk tidur di rumah. “Kamu sudah beberapa hari kurang tidur Mbak, kelihatannya sangat kelelahan. Coba kamu kalau malam tidur barang satu dua hari di rumah hingga istirahat yang cukup dan tidak jatuh sakit. Nanti kalau kedua-duanya sakit malah merepotkan. Biar yang nunggu Mas Har kalau malam aku saja diteman Dik Rido kalau mau” ujarnya. Ia setuju dengan saran adik iparnya. Ia memutuskan untuk tidur di rumah malam itu. Maka hatiku bersorak karena terbuka peluang untuk menyetubuhinya di rumah. Tetapi bagaimana caranya pamit pada Bu Tini? Kalau aku ikut-ikutan pulang untuk tidur di rumah apa tidak mengundang kecurigaan? Aku jadi berpikir keras untuk menemukan jalan keluar. Dan baru merasa plong setelah muncul selintas gagasan di benakku. Sekitar pukul malam, lewat telepon umum kutelepon rumahnya. Wanita itu masih terjaga dan menurut pengakuannya tengah menonton televisi. Maka nekad saja kusampaikan niatku kepadanya. Dan ternyata ia memberi sambutan cukup baik. “Kamu nanti memberi tanda kalau sudah ada di dekat kamar ibu ya. Nanti pintu belakang ibu bukakan. Dan sepeda motornya di tinggal saja di rumah sakit biar tidak kedengaran tetangga. Kamu bisa naik becak untuk pulang,” katanya berpesan lewat telepon. Untuk tidak mengundang kecurigaan, sekitar pukul aku masuk ke bangsal tempat Pak Har dirawat menemani Bu Tini. Namun setengah jam sesudahnya, aku pamit keluar untuk nongkrong bersama para Satpam rumah sakit seperti yang biasa kulakukan setelah kedatangan Bu Tini. Di depan rumah sakit aku langsung meminta seorang abang becak mengantarku ke kampungku yang berjarak tak lebih dari satu kilometer. Segalanya berjalan sesuai rencana. Setelah kuketuk tiga kali pintu kamarnya, kudengar suara Ia berdehem. Dan dari pintu belakang rumah yang dibukakannya secara pelan-pelan aku langsung menyelinap masuk menuju ruang tengah rumah tersebut. Rupanya, bertemu di tempat terang membuat kami sama-sama kikuk. Sebab selama ini kami selalu berhubungan di tempat gelap di teras kamar mayat. Maka aku hanya berdiri mematung, sedang Ia duduk sambil melihat televisi yang masih dinyalakannya. Cukup lama kami tidak saling bicara sampai akhirnya Ia menarik tanganku untuk duduk di sofa di sampingnya. Setelah keberanianku mulai bangkit, aku mulai berani menatapi wanita yang duduk di sampingku. Ia ternyata telah siap tempur. Terbukti dari daster tipis menerawang yang dikenakannya, kulihat ia tidak mengenakan Bra di baliknya. Maka kulihat jelas payudaranya yang membusung. Hanya, ketika tanganku mulai bergerilya menyelusuri pangkal paha dan meremasi buah dadanya ia menolak halus. “Jangan di sini Rid, kita ke kamar saja biar leluasa,” katanya lirih. Ketika kami telah sama-sama naik ke atas ranjang besar di kamar yang biasa digunakan oleh suami dan dia, aku langsung menerkamnya. Semula Ia memintaku mematikan dulu saklar lampu yang ada di kamar itu, tetapi aku menolaknya. “Saya ingin melihat semua milikmu,” kataku. “Tetapi aku malu Rid. Soalnya aku sudah tua,.” Persetan dengan usia, dimataku, Ia masih menyimpan magnit yang mampu menggelegakkan darah mudaku. Sesaat aku terpaku ketika wanita itu telah melolosi dasternya. Dua buah gunung kembarnya yang membusung nampak telah menggantung. Tetapi tidak kehilangan daya pikatnya. Buah dada yang putih mulus dan berukuran cukup besar itu diujungnya terlihat kedua pentilnya yang berwarna kecoklatan. Indah dan sangat menantang untuk diremas. Maka setelah aku melolosi sendiri seluruh pakaian yang kukenakan, langsung kutubruk wanita yang telah tiduran dalam posisi menelentang. Kedua payudaranya kujadikan sasaran remasan kedua tanganku. Kukulum, kujilat dan kukenyot secara bergantian susu-susunya yang besar menantang. Kesempatan melihat dari dekat keindahan buah dadanya membuat aku seolah kesetanan. Dan Ia, wanita berhidung bangir dengan rambut sepundak itu menggelepar. Tangannya meremas-remas rambut kepalaku mencoba menahan nikmat atas perbuatan yang tengah kulakukan. Dari kedua gunung kembarnya, setelah beberapa saat bermain di sana, dengan terus menjulurkan lidah dan menjilat seluruh tubuhnya kuturunkan perhatianku ke bagian perut dan di bawah pusarnya. Hingga ketika lidahku terhalang oleh celana dalam yang masih dikenakannya, aku langsung memelorotkannya. Ah, vaginanya juga tak kalah indah dengan buah dadanya. Kemaluan yang besar membusung dan banyak ditumbuhi rambut hitam lebat itu, ketika kakinya dikuakkan tampak bagian dalamnya yang memerah. Bibir vaginanya memang nampak kecoklatan yang sekaligus menandakan bahwa sebelumnya telah sering diterobos kemaluan suaminya. Tetapi bibir kemaluan itu belum begitu menggelambir. Dan kelentitnya, yang ada di ujung atas, uh,.. mencuat menantang sebesar biji jagung. Tak tahan cuma memelototi lubang kenikmatan wanita itu, mulailah mulutku yang bicara. Awalnya mencoba membaui dengan hidungku. Ah, ada bau yang meruap asing di hidungku. Segar dan membuatku tambah terangsang. Dan ketika lidahku mulai kumainkan dengan menjilat-jilat pelan di seputar bibir vaginanya besar itu, Ia tampak gelisah dan menggoyang-goyang kegelian. “Ih,.. jangan diciumi dan dijilat begitu Rid. Malu ah, tapi, ah..ah.. ah,” Tetapi ia malah menggoyangkan bagian bawah tubuhnya saat mulutku mencerucupi liang nikmatnya. Goyangannya kian kencang dan terus mengencang. Sampai akhirnya diremasnya kepalaku ditekannya kuat-kuat ke bagian tengah selangkannya saat kelentitnya kujilat dan kugigit kecil. Rupanya ia telah mendapatkan orgasme hingga tubuhnya terasa mengejang dan pinggulnya menyentak ke atas. “Seumur hidup baru kali ini vaginaku dijilat-jilat begitu Rid, jadinya cepat kalah. Sekarang gantian deh Aku mainkan punyamu,” ujarnya setelah sebentar mengatur nafasnya yang memburu. Aku dimintanya telentang, sedang kepala dia berada di bagian bawah tubuhku. Sesaat, mulai kurasakan kepala penisku dijilat lidah basah milik wanita itu. Bahkan ia mencerucupi sedikit air maniku yang telah keluar akibat nafsu yang kubendung. Terasa ada senasi tersendiri oleh permainan lidahnya itu dan aku menggelinjang oleh permainan wanita itu. Namun sebagai anak muda, aku merasa kurang puas dengan hanya bersikap pasif. Terlebih aku juga ingin meremas pantat besarnya yang montok dan seksi. Hingga aku menarik tubuh bagian bawahnya untuk ditempatkan di atas kepalaku. Pola persetubuhan yang kata orang disebut sebagai permainan 69. Kembali vaginanya yang berada tepat di atas wajahku langsung menjadi sasaran gerilya mulutku. Sementara pantat besarnya kuremas-remas dengan gemas. Tidak hanya itu jilatan lidahku tidak berhenti hanya bermain di seputar kemaluannya. Tetapi terus ke atas dan sampai ke lubang duburnya. Rupanya ia telah membersihkannya dengan sabun baik di kemaluannya maupun di anusnya. Maka tak sedikit pun meruap bau kotoran di sana dan membuatku kian bernafsu untuk menjilat dan mencoloknya dengan ujung lidahku. Tindakan nekadku rupanya membuat nafsunya kembali naik ke ubun-ubun. Maka setelah ia memaksaku menghentikan permainan 69, ia langsung mengubah posisi dengan telentang mengangkang. Dan aku tahu pasti wanita itu telah menagih untuk disetubuhi. Ia mulai mengerang ketika batang besar dan panjang milikku mulai menerobos gua kenikmatannya yang basah. Hanya karena kami sama-sama telah memuncak nafsu syahwatnya, tak lebih dari 10 menit saling genjot dan menggoyang dilakukan, kami telah sama-sama terkapar. Ambruk di kasur empuk ranjang kenikmatannya. Ranjang yang semestinya tabu untuk kutiduri bersama wanita itu. Malam itu, aku dan dia melakukan persetubuhan lebih dari tiga kali. Termasuk di kamar mandi yang dilakukan sambil berdiri. Dan ketika aku memintanya kembali yang keempat kali, ia menolaknya halus. “Tubuh ibu cape sekali Rid, mungkin sudah terlalu tua hingga tidak dapat mengimbangi orang muda sepertimu. Dan lagi ini sudah mulai pagi, kamu harus kembali ke rumah sakit agar Bu Tini tidak curiga,” katanya. Aku sempat mencium dan meremas pantatnya saat Ia hendak menutup pintu belakang rumah mengantarku keluar. Ah,.. indah dan nikmat rasanya. Usia Pak Har ternyata tidak cukup panjang. Selama sebulan lebih dirawat di rumah sakit, ia akhirnya meninggal setelah sebelumnya sempat dibawa RS yang lebih besar di Semarang. Di Semarang, aku pun ikut menunggui bersamanya serta Bu Tini selama seminggu. Juga ada Mbak Dewi dan suaminya yang menyempatkan diri untuk menengok. Hingga hubunganku dengan keluarga itu menjadi kian akrab. Namun, hubungan sumbangku dengannya terus berlanjut hingga kini. Bahkan kami pernah nekad bersetubuh di belakang rumah keluarga itu, karena kami sama-sama horny sementara di ruang tengah banyak sanak famili dari keluarganya yang menginap. Entah kapan aku akan menghentikannya, mungkin setelah gairahnya telah benar-benar padam.***
Kаkаkреrеmрuаnnуа sudah menikah, dаn tіnggаl dengan suaminya dі lain kоtа. Hubungаnku dengan ѕаhаbаtku tеrjаlіn sangat аkrаb, juga dengan ibunya. Kаmі saling menghormati ѕаtu ѕаmа lаіn, meskipun bеdа uѕіаku dеngаn ѕаng ibu hanya 5 tаhun, dіа 5 tаhun lеbіh tua dariku ѕааt itu. Hіnggа
Cerita panas Pak Vito adalah ketua RT di daerah tempat aku tinggal Ia sering datang ke rumahku untuk keperluan menagih iuran daerah dan biaya air ledeng. Dia adalah seorang pria berusia sekitar 50 tahunan dan mempunyai dua istri. Benar kata orang bahwa dia ini seorang bandot tua, buktinya ketika di rumahku kalau aku lewat di depannya, seringkali matanya jelalatan menatap padaku seolah-olah matanya tembus pandang ke balik pakaianku. Bagiku sih tidak apa-apa, aku malah senang kalau tubuhku dikagumi laki-laki, terkadang aku memakai baju rumah yang seksi kalau lewat di depannya. Aku yakin di dalam pikirannya pasti penuh hal-hal yang jorok suatu hari aku sedang di rumah sendirian. Aku sedang melakukan fitness untuk menjaga bentuk dan stamina tubuhku di ruang belakang rumahku yang tersedia beberapa peralatan fitness. Aku memakai pakaian yang enak dipakai dan menyerap keringat berupa sebuah kaus hitam tanpa lengan dengan belahan dada rendah sehingga buah dadaku yang montok itu agak tersembul keluar terutama kalau sedang menunduk apalagi aku tidak memakai BH, juga sebuah celana pendek ketat merk Nike’ yang mencetak pantatku yang padat berisi. Waktu aku sedang melatih pahaku dengan sepeda fitness, tiba-tiba terdengar bel berbunyi, segera saja kuambil handuk kecil dan mengelap keringatku sambil berjalan ke arah pintu. Kulihat dari jendela, ternyata Pak Vito yang datang, pasti dia mau menagih biaya ledeng, yang dititipkan ayah padaku tadi pagar dan kupersilakan dia masuk. “Silakan Pak duduk dulu ya, sambil nunggu saya ambil uangnya” senyumku dengan ramah sambil mempersilakannya duduk di ruang tengah. “Kok sepi sekali Dik, kemana yang lain?” “Papa hari ini pulangnya malam, tapi uangnya udah dititip ke saya kok, Mama juga lagi arisan sama teman-temannya”. Seperti biasa matanya selalu saja menatapi tubuhku, terutama bagian dadaku yang agak terlihat itu. Aku juga sadar kalau dadaku sempat diintip olehnya waktu menunduk untuk menaruh segelas teh Domino 99 Terpercaya“Minum Pak”, tawarku lalu aku duduk di depannya dengan menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang jenjang dan putih itu makin terlihat. Nuansa mesum mulai terasa di ruang tamuku yang nyaman itu. Dia menanyaiku sekitar masalah anak muda, seperti kuliah, hoby, keluarga, dan lain-lain, tapi matanya terus menelanjangiku. “Dik Citra lagi olah raga yah, soalnya badannya keringatan gitu terus mukanya merah lagi” katanya. “Iya nih Pak, biasa kan cewek kan harus jaga badan lah, cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, Bapak bisa bantu pijitin nggak?” godaku sambil mengurut-ngurut pahaku. Tanpa diminta lagi dia segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan ia melihat putingku yang menonjol dari balik kausku, juga kulihat penisnya ngaceng berat membuatku tidak sabar mengenggam benda itu.“Mari Dik, kesinikan kakinya biar Bapak pijat” Aku lalu mengubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Dia mulai mengurut paha hingga betisku. Uuuhh.. pijatannya benar-benar enak, telapak tangannya yang kasar itu membelai pahaku yang putih mulus hingga membangkitkan birahiku. Akupun mendesah-desah sambil menggigit bibir bawahku. “Pijatan Bapak enak ya Dik?” tanyanya. “Iya Pak, terus dong.. enak nih.. emmhh!” aku terus mendesah membangkitkan nafsu Pak Vito, desahanku kadang kusertai dengan geliat tubuh. Dia semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya. “Enngghh.. Pak!” desahku lebih kuat lagi ketika kurasakan jari-jarinya mengelusi bagian makin menggelinjang sehingga nafsu Pak Vito pun semakin naik dan tidak terbendung lagi. Celana sportku diperosotkannya beserta celana dalamku. “Aaww.. !” aku berlagak kaget sambil menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku. Melihat reaksiku yang malu-malu kucing ini dia makin gemas saja, ditariknya celanaku yang sudah tertarik hingga lutut itu lalu dilemparnya ke belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga dibukanya sehingga kemaluanku yang berambut lebat itu tampak olehnya, klitorisku yang merah merekah dan sudah becek siap dimasuki. Pak Vito tertegun beberapa saat memandangiku yang sudah bugil bagian bawahnya itu. “Kamu memang sempurna Dik Citra, dari dulu Bapak sering membayangkan ngentotin kamu, akhirnya hari ini kesampaian juga”, rayunyaDia mulai melepas kemejanya sehingga aku dapat melihat perutnya yang berlemak dan dadanya yang berbulu itu. Lalu dia membuka sabuk dan celananya sehingga benda dibaliknya kini dapat mengacung dengan gagah dan tegak. Aku menatap takjub pada organ tubuh itu, begitu besar dan berurat aku sudah tidak sabar lagi menggenggam dan mengulumnya. Pak Vito begitu membuka pahaku lalu membenamkan kepalanya di situ sehingga selangkanganku tepat menghadap ke mukanya. “Hhmm.. wangi, pasti Adik rajin merawat diri yah” godanya waktu menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun pembersih wanita. Sesaat kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik vaginaku, oohh.. lidahnya menjilati klitorisku, terkadang menyeruak ke dalam menjilati dinding kemaluanku. Lidah tebal dan kumisnya itu terasa menggelitik bagiku, aku benar-benar merasa geli di sana sehingga mendesah tak tertahan sambil meremasi rambutnya. Kedua tangannya menyusup ke bawah bajuku dan mulai meremas buah dadaku, jari-jarinya yang besar bermain dengan liar disana, memencet putingku dan memelintirnya hingga benda itu terasa makin mengeras.“Pak.. oohh.. saya juga mau.. Pak!” desahku tak tahan lagi ingin mengulum penis itu. “Kalau begitu Bapak di bawah saja ya Dik” katanya sambil mengatur posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya 69. Aku naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, kuraih benda kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah pelirnya kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana aku mulai membuka mulut siap menelannya. Oohh.. batang itu begitu gemuk dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga akupun harus membuka mulutku selebar-lebarnya agar bisa mulai mengisapnya dan memijati buah pelirnya dengan tanganku. Pak Vito mendesah-desah enak menikmati permainanku, sementara aku juga merasa geli di bawah sana, kurasakan ada gerakan memutar-mutar di dalam liang vaginaku oleh jarinya, jari-jari lain dari tangan yang sama mengelus-elus klitoris dan bibir vaginaku, bukan itu saja, lidahnya juga turut menjilati baik anus maupun vaginaku. Sungguh suatu sensasi yang hebat sekali sampai pinggulku turut bergoyang menikmatinya, juga semakin bersemangat mengulum penisnya. Selama 10 menitan kami menikmatinya sampai ada sedikit terganggu oleh berbunyinya HP Pak Vito. Aku lepaskan penisnya dari mulutku dan menatap Vito menyuruhku mengambil HP-nya di atas meja ruang tamu, lalu dia berkata, “Ayo Dik, terusin dong karaokenya, biar Bapak ngomong dulu di telepon”. Aku pun tanpa ragu-ragu menelan kembali penisnya. Dia bicara di HP sambil penisnya dikulum olehku, tidak tau deh bicara dengan siapa, emang gua pikirin, yang pasti aku harus berusaha tidak mengeluarkan suara-suara aneh. Tangan satunya yang tidak memegang HP terus bekerja di selangkanganku, kadang mencucuk-cucukkannya ke vagina dan anusku, kadang meremas bongkahan pantatku. Tiba-tiba dia menggeram sambil menepuk-nepuk pantatku, sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena sudah tanggung aku malahan makin hebat mengocok dan mengisap penis itu sampai dia susah payah menahan geraman nikmatnya karena masih harus terus melayani pembicaraan. Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya minum seperti kehausan, cairan yang menempel di penisnya juga saya jilati sampai tak bersisa.“Nggak kok.. tidak apa-apa.. cuma tenggorokkan saya ada masalah dikit” katanya di HP. Tak lama kemudian dia pun menutup HP nya, lalu bangkit duduk dan menaikkanku ke pangkuannya, tangan kirinya dipakai menopang tubuhku. “Wah.. Dik Citra ini bandel juga ya, tadi kan Bapak udah suruh stop dulu, ee.. malah dibikin keluar lagi, untung nggak curiga tuh orang” katanya sambil mencubit putingku. “Hehehe.. sori deh Pak, kan tadi tanggung makannya saya terusin aja, tapi Bapak seneng kan” kataku dengan tersenyum nakal. “Hmm.. kalo gitu awas ya sekarang Bapak balas bikin kamu keluar nih” seringainya. Lalu dengan sigap tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku. Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek vaginaku, aku meringis ketika merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan Vito menurunkan kaos tanpa lenganku dari bahu dan meloloskannya lewat lengan kananku, sehingga kini payudara kananku yang putih montok itu tersembul keluar. Dengan penuh nafsu langsung dia lumat benda itu dengan mulutnya. Aku menjerit kecil waktu dia menggigit putingku dan juga mengisapnya kuat-kuat, bulatan mungil itu serasa makin menegang saja. Dia membuka mulutnya lebar-lebar berusaha memasukkan seluruh payudaraku ke mulutnya, di dalam mulutnya payudaraku disedot, dikulum, dan dijilat, rasanya seperti mau dimakan saja milikku itu. Sementara selangkanganku makin basah oleh permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga suatu saat birahiku terasa sudah di puncak, mengucurlah cairan cintaku dengan deras. Aku mengatupkan pahaku menahan rasa geli di bawahku sehingga tangannya terhimpit diantara kedua paha dia cabut tangannya dari kemaluanku, nampak jari-jarinya sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Dia jilati cairanku dijarinya itu, aku juga ikutan menjilati jarinya merasakan cairan cintaku sendiri. Kemudian dia cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini dia mengelus-ngelus daerah itu seperti sedang mengelapnya. Telapak tangannya yang penuh sisa-sisa cairan itu dibalurinya pada payudaraku. “Sayang kalo dibuang, kan mubazir” ucapnya. Kembali lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu, sedangkan aku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan padaku. Tanganku yang satu meraba-raba ke bawah dan meraih penisnya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap memulai aksi berikutnya.“Enggh.. masukin aja Pak, udah kepingin nih”. Dia membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya memegangi penisnya untuk diarahkan ke vaginaku. Aku membukakan kedua bibir vaginaku menyambut masuknya benda itu. Setelah kurasakan pas aku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi pasti penis itu mulai terbenam dalam kemaluanku. Goyanganku yang liar membuat Pak Vito mendesah-desah keenakan, untung dia tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Kaosku yang masih menyangkut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga kaos itu menggantung di perutku dan payudara kiriku tersingkap. Nampak sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian kanan yang daritadi menjadi bulan-bulanannya sehingga sudah basah dan memerah bekas tangannya meremas-remas kedua payudaraku, ketika melumatnya terkadang kumisnya yang kasar itu menggesek putingku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya bergerak naik ke leherku dan mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan payudaraku. Birahiku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta, kurasa bukan pertama kalinya dia berselingkuh seperti ini. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau keluar, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga penisnya menghujam makin dalam dan vaginaku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari mulutku, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam menurunkanku dari pangkuannya, penisnya terlihat berkilauan karena basah oleh cairan cinta. Dibaringkannya tubuhku yang sudah lemas itu di sofa, lalu dia sodorkan gelas yang berisi teh itu padaku. Setelah minum beberapa teguk, aku merasa sedikit lebih segar, paling tidak pada tenggorokanku karena sudah kering waktu mendesah dan menjerit. Kaosku yang masih menggantung di perut dia lepaskan, sehingga kini aku bugil total. Sebelum tenagaku benar-benar pulih, Pak Vito sudah menindih tubuhku, aku hanya bisa pasrah saja ditindih tubuh gemuknya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, Pak Vito menempelkan penisnya pada vaginaku, lalu mendorongnya perlahan, dan aahh.. mataku yang terpejam menikmati ciuman tiba-tiba terbelakak waktu dia menghentakkan pinggulnya sehingga penis itu menusuk lebih ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding vaginaku. Buah dadaku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua paha rampingku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh.. ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar itu menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli.“Uuuhh.. Pak.. aakkhh.. !” aku kembali mencapai orgasme. Vaginaku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera keluar, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang orgasme. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan penisnya, cairanku sudah meleleh kemana-mana sampai membasahi sofa, untung sofanya dari bahan kulit, jadi mudah untuk membersihkan dan menghilangkan bekasnya. Tanpa melepas penisnya, Pak Vito bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok kemaluanku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap seperti ikan di luar air.“Bapak udah mau.. Dik.. Citra.. !” desahnya dengan mempercepat kocokkannya. “Di luar.. Pak.. aku ahh.. uuhh.. lagi subur” aku berusaha ngomong walau suaraku sudah putus-putus. Tak lama kemudian dia cabut penisnya dan menurunkan kakiku. Dia naik ke wajahku, lalu dia tempelkan penisnya yang masih tegak dan basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai dia mengerang keras dan menjambak rambutku. Maninya menyemprot deras membasahi wajahku, aku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun aku masih mengocok dan mengisap penisnya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja tempat aku berbaring tadi basah oleh keringat dan cairan cintaku yang menetes disana. Masih dalam keadaan bugil, aku berjalan sempoyongan ke dapur mengambil kain lap dan segelas air putih. Waktu aku kembali ke ruang tamu, Pak Vito sedang mengancingkan lagi bajunya, lalu meneguk air yang tersisa di gelasnya. “Wah Dik Citra ini benar-benar hebat ya, istri-istri Bapak sekarang udah nggak sekuat Adik lagi padahal mereka sering melayani Bapak berdua sekaligus” pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum berpakaian lagi, aku mengantarnya lagi ke pintu depan. Sebelum keluar dari pagar dia melihat kiri kanan dulu, setelah yakin tidak ada siapa-siapa dia menepuk pantatku dan berpamitan. “Lain kali kalo ada kesempatan kita main lagi yah Dik” “Dasar bandot, belum cukup punya istri dua, masih ngembat anak orang” kataku dalam aku pun mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat, dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian penuh berolahraga dan berolahsyahwat. Beberapa menit sesudah aku selesai mandi, ibuku pun pulang. Beliau bilang wangi ruang tamunya enak sehingga kepenatannya agak berkurang, aku senyum-senyum saja karena ruang itu terutama sekitar medan laga’ kami tadi telah kusemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi. WptAYs. 297 470 317 419 392 46 276 368 176

cerita dewasa bu rt